Dunia perfilman sedang berpacu menghadirkan karya terbaik mereka. Bersumber dari laman katadata.co.id, setidaknya lebih dari 100 juta capaian jumlah penonton di bioskop Indonesia di tahun 2024. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak sepanjang sejarah perfilman di Indonesia. Tentunya hal ini jadi penyemangat bagi para sineas kita untuk menghadirkan karya yang berkualitas.
Dari situlah, saya pun tertarik hadir ke acara IMAC Film Festival 2025. Acara bergengsi ini berlangsung selama tiga hari, semenjak tanggal 14 Februari hingga 16 Februari 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Mengenal IMAC Film Festival
IMAC atau ILUNI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia) Movie Award Competition adalah hasil kolaborasi dari Creative Industry Hub ILUNI UI, guna mendukung sineas muda Indonesia melalui format media massa (medium film).
Tema yang diusung pun menarik yaitu “Green Diffraction” untuk menebarkan pesan penghijauan guna tercipta kesadaran dalam pembangunan keberlanjutan. Sehingga siapa saja yang hadir di sini dapat tergerak untuk menjaga lingkungan. Hal ini terlihat dari gelang event (wristband) IMAC, disampaikan oleh panitia saat saya registrasi ulang, ternyata bisa untuk ditanam menjadi tanaman.
IMAC Film Festival 2025 mendapat dukungan dari berbagai kampus, perusahaan dan lembaga keuangan, media partners, serta dari Ekraf (Kementrian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif) Republik Indonesia.
Program yang diusung pun menarik, yaitu ada roadshow kepada mahasiswa dan pelajar tingkat SMP, SLB, SMA dan SMK untuk mencari talent-talent berbakat di bidang perfilman. Kemudian para talent terpilih akan mengikuti IMAC Film Camp selama 7 hari. Selanjutnya, karya mereka yang mengesankan, akan masuk screening di IMAC Film Festival dan yang terpilih akan mendapatkan penghargaan.

Ada Apa Saja di IMAC Film Festival 2025?
Kebetulan saya ikut acara pada tanggal 15 Februari 2025, sehingga bisa menonton karya para sineas muda. Usai registrasi dan teater belum dibuka, saya sempat berkeliling lokasi IMAC Festival ini. Banyak terpampang, judul-judul film pendek yang merupakan hasil dari para talent muda berbakat.
Ada dua teater yang dibuka yaitu Teater Shuman Djaya dan Teater Asrul Sani, tetapi karena waktunya bersamaan, jadinya saya berbagi waktu sesuai dengan acaranya hehe. Nah, berikut uraiannya.
A. Film Screening di Teater Asrul Sani
Semenjak dari luar dan melihat poster 5 film yang terpampang, saya terkesan. Jadilah saya masuk ke teater Asrul Sani untuk menyaksikan screening kelima film tersebut, yaitu:
1. "Reverie" dari UPH College
Film pendek Reverie bercerita tentang mimpi seorang gadis yang duduk tertidur di bawah pohon. Mimpinya seakan tersambung dengan seorang pemuda. Karya sutradara Jessica Bianca Agusty Mulawi dari UPH College ini menarik untuk disimak, bahwa terkadang lewat mimpi kita seakan terdorong untuk mewujudkan impian tersebut.
2. "Fana" dari SMAN 1 Gadingrejo
Film pendek
Fana karya sutradara Muhammad Luthfil Hakim dari SMAN 1 Gadingrejo ini
menyiratkan seseorang yang semula memiliki skill luar biasa, seketika sirna dan
membuatnya frustasi. Dalam kekalutan itu, seakan menyadarkan kita, bahwa segala
sesuatu itu tak ada yang abadi, sehingga perlunya untuk siap menerima dan
menghadapi ketika momen tersebut tiba.
3. "Siapa?" dari SMAN 8 Jakarta
Film pendek Siapa? karya Levin Aoki Qorisu dari SMAN 8 Jakarta mengisahkan seorang pemuda yang dilanda mental illness skizofrenia. Pada momen talkshow, tim dari SMAN 8 Jakarta ini menyampaikan pesan kenapa mengangkat tema depresi ini, agar lingkungan bisa memperhatikan sekitar ada yang mental illness dan juga terhadap diri sendiri.
4. "Prisoned By Her Own Mind" dari SMAN 59 Jakarta
Film pendek Prisoned By Her Own Mind mengisahkan seseorang yang mengalami stuck in a moment dalam pekerjaannya. Film dari tim SMAN 59 Jakarta yang disutradari oleh Reihan Aulia Rahman ini, amat menyentil, khususnya untuk saya, kamu dan siapa saja yang bekerja sebagai penulis/blogger ketika mengalami writer’s block.
Saat momen talkshow dengan tim SMAN 59 Jakarta, Reihan Aulia Rahman menyampaikan bahwa seorang yang kreatif pasti ada momen dia lagi stuck tidak punya ide.
“Semua yang ada di sekitar kita, bisa menjadi bahan untuk membuat karya kreatif. Termasuk hal kecil bisa jadi inspirasi. Maka lihatlah di sekitar kita.” ~ tim SMAN 59 Jakarta.
5. "Langit
Abu-Abu" dari SMAN 2 Semarang
Screening selanjutnya adalah film pendek Langit Abu-Abu dari SMAN 2 Semarang. Dikisahkan dua sahabat yaitu Raja yang menyimpan rahasia dari Dewa sejak lama. Raja, akhirnya berani mengungkap rahasia itu, meski pada awalnya mendapat sambutan tak menyenangkan dari Dewa.
Film pendek yang disutradarai oleh Amabel Cashiope Jasmine, mengingatkan kita bahwa serapat apapun menyimpan rahasia, pastinya akan terungkap juga kebenarannya.
Alhamdulillah, saya berkesempatan foto bersama para sineas muda berbakat ini.
B. Program 8: Survival, di Teater Shuman Djaja
Saya pun beranjak ke teater Shuman Djaja untuk mengikuti acara selanjutnya di IMAC Festival 2025 yaitu Program 8. Pada program ini mengangkat tema Survival, yang berisi tentang film dokumenter bagaimana perjuangan masyarakat setempat. Film pendek yang ditayangkan yaitu:
1. "Tanda Tanya Mereka yang Menjaga" karya Muhammad Sholeh
Film yang disutradarai oleh Muhammad Soleh, dan diproduksi oleh Kincir Film ini bercerita bagaimana kelangsungan hidup penyu, tetapi kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.
2. "Noda-Noda Seragam" karya Duifadia Dissa
Film pendek Noda-Noda Seragam yang disutradarai oleh Duifadia Dissa ini merupakan produksi dari Pergisore Films. Dengan mengangkat cerita tentang siswa SMU yang mengalami perundungan, dan harus menyembunyikan hal itu dari orangtuanya.
3. "Remeh Temeh Segumpal Daging" karya Kholid Mundzir Aldry
Karya dari Kholid Mundzir Aldry yang diproduksi oleh Mahakama Film dan KakiTangan Films ini, mengisahkan sepasang suami istri yang berjuang mencari nafkah di tengah kota, hanya saja harus berjibaku dengan elit penguasa. Di film pendek ini, saya suka karena ada komedi sarkas yang dibawakan dan begitu mengena.
C. Program 3: Between the Lines, di Teater Asrul Sani
Beralih ke teater Asrul Sani, saya mengikuti Program 3: Between the Lines. Di program ini mengusung kisah personal dan realita kehidupan.
1. "Outside the Frame" karya Micko Boanerges
Film pendek hasil karya Micko Boanerges ini mengisahkan tentang dua film maker yang sedang merekam situasi di ibukota Jakarta. Tak dinyana sedang perekaman itu berlangsung, terjadilah obrolan unik berbahasa daerah.
Saat momen talkshow, Micko Boanerges menceritakan di balik layar film ini, yang berawal dari tugas kampus tentang ibu, tapi malah dilanjutkan kisahnya menjadi ibukota dan merekam Jakarta.
“Dialognya muncul dari kebiasaan kami ngobrol, dan ada bahasa Binjai.” Terang Micko Boanerges.
2. "Are We Still Friends?" karya Al Ridwan
Film pendek Are We Still Friends dari Al Ridwan, menceritakan tiga orang pemuda yang menghubungi teman masa kecil mereka. Tak dinyana rasa haru pun datang mengalir.
Yups, pastinya tatkala kita menghubungi teman masa kecil, akan muncul memori persahabatan yang pernah terjalin, dan berbagai kenangan lainnya.
3. "Mikrokosmos" karya Aaron Pratama
Film pendek karya Aaron Pratama ini, mengisahkan tentang karakter Pak Yanto yang melaksanakan tugas di hari terakhirnya bekerja sebagai karyawan kampus.
Kisah yang
menggelitik menurut saya, karena selama 25 tahunnya bekerja hanya beberapa
orang saja yang memberikan perhatian, dan tanpa acara perpisahan.
D. Focus on Wregas Bhanuteja
Selain menyaksikan karya film pendek yang memukau dari para talent, saya pun menyaksikan juga film-film pendek dari Wregas Bhanuteja, seperti Saron, Pardoned, Lembusura, dan Tak Ada yang Gila di Kota Ini.
Wregas Bhanuteja merupakan sutradara film Budi Pekerti yang
rilis pada tahun 2023 dan tayang di Toronto International Film Festival 2023.
Karya pria kelahiran tahun 1992 ini dimulai dari film pendek Lembusura yang
rilis tahun 2015, dan di ajang IMAC ini dia sebagai salah satu juri fiksi
kategori umum.
E. Focus on Khozy Rizal
Berlanjut pula pada special program, Focus on Khozy Rizal dengan pemutaran karya-karyanya yaitu Makassar is a City for Football Fans, Basri & Salma In a Never-Ending Comedy, dan Ride To Nowhere.
Khozy Rizal merupakan sutradara film Lika Liku Laki yang
rilis pada tahun 2021 dan tayang di banyak festival film, salah satunya
Sundance Film Festival 2022. Pemilik rumah produksi Hore Pictures ini merupakan
salah satu juri fiksi kategori pelajar.
IMAC Film Festival untuk Kemajuan Industri Film Indonesia
Para talent muda di bidang perfilman yang mengikuti ILUNI UI Movie Award Competition ini, adalah para pelajar dan mahasiswa yang tentunya bakat dan kreativitas mereka dapat terus diasah.
Setidaknya terdapat 246 judul film, dengan melalui tahapan kurasi dari 6 kurator, dan penilaian 9 juri, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi talent muda, dan dapat dijadikan sebagai modal kekuatan untuk melangkah ke dunia perfilman lebih lanjut.
Baca Juga: Ulasan Film Sampai Jadi Debu
Mereka yang terdiri dari tim kerja, akan terbiasa untuk menyatukan
konsep cerita, beradaptasi dengan gear, dan beragam hal kompleks lainnya. Terlebih yang saya rasakan tatkala menonton
karya-karya film pendek mereka, baik yang diputar di teater Asrul Sani maupun
di teater Shuman Djaja, adalah gagasan cerita yang dibawakan unik dengan teknik
sinematografi yang rapi.
Baca Juga: Daftar Film yang Seru untuk Ditonton Ulang
Dengan kehadiran IMAC Film Festival 2025 ini, amat cocok menjadi agenda tahunan, sebagai langkah menemukan sineas muda berbakat di bidang perfilman. Para talent ini, dapat memberikan ide segar yang out of the box, sehingga sajian film yang diberikan kepada penyuka film (salah satunya saya) lebih berkualitas dan tidak monoton. Semangat generasi muda untuk majukan industri film tanah air.
Ternyata penggemar film di bioskop masih banyak ya mbak setelah pandemi. Seru banget IMAC smapai 3 hari diadakannya. Lama aku ga ke TIM jadi penasaran tapi udah telat nih taunya. Suka sama temanya green diffraftion menebar pesan penghijauan lewat film
BalasHapusBtw makin ke sini kyknya film Indonesia makin bagus2 dan mulai bermunculan wajah baru jadi nggak membosankan. Lalu, soal pemilihan tema, udah mayan bisa garap tema yg ok, selain film horor dan adaptasi dari film negara lain. Jadi kyknya sineas kita makin ke sini makin berani dan kreatif memproduksi film ya.
HapusIMAC Film Festival ini keren banget buat ngegali potensi anak muda di dunia perfilman. Pasti banyak karya inspiratif yang bisa kita nikmati. Semoga festival ini bisa terus berkembang dan mendukung para sineas berbakat!
BalasHapusiya kak, ternyata banyak juga talenta sineas muda kita, dan salutnya lagi masih banyak yang berstatus sebagai pelajar. Yakin deh kalau gini, dunia perfilman kita bisa kembali berjaya di negeri sendiri
HapusiMac film Fest bikin gali talenta anak muda yang suka membuat film pendek. Banyak sutradara dan sineas berbakat justru lahir dari festival kaya gini. Ini ajang tiap tahun gak sih?
BalasHapusSalfok pada info wristband IMAC 2025 bisa ditanam jadi tanaman. Keren banget anak-anak muda sineas berbakat pada ajang ini yang mampu menghasilkan karya luar biasa, salut banget pada ajang ini yang akan gali potensi talent-talent muda di dunia perfilman Indonesia
BalasHapusBanyak juga ya cineas-cineas muda yg kreasinya out of the box. Hebatnya lagi tema dan konsepnya menggali dari sekitar kita aja. Keren mbak Fenny liputannya. Engga ngira ratusan film harus dikurasi...
BalasHapusYuni Bint Saniro: Bener, kak. Kalau mau jeli memperhatikan, ada banyak ide untuk dijadikan sebuah karya film yang menarik di sekitar kita kan.
Hapus100 juta penonton di tahun 2024? Gak nyangka ternyata sebanyak itu ya?
BalasHapusPertanda sineas Indonesia gak usah takut untuk berkarya, karena penonton Indonesia mendukung tontonan dalam negeri, tentunya yang berkualitas
Seru banget ya petualangan kak Feni di IMAC 2025. Keren, bisa bertemu dengan banyak sineas muda dan menyaksikan karya mereka. Semoga ini bisa menjadi pemacu para pegiat seni film tanah air. Semangat.
BalasHapusSebagai penggemar dunia sinema, aku seneng banget deh ada event IMAC ini. Gak cuma menghadirkan para sineas muda untuk berkreasi dan berlomba, tapi juga semakin membangkitkan awareness publik akan film domestik yang diharapkan semakin menguasai pasar dalam negeri.
BalasHapusSemoga IMAC terus bertahan dan semakin membaik konsepnya dari tahun ke tahun. Jika berhasil bukan tidak mungkin sponsorship pun akan bertebaran.
Semangat buat pemuda pemudi generasi emas Indonesia.
HapusSiapa tau yang punya impian besar di bidang seni dan dunia kreatif perfilman tahun depan bisa ikutan sebagai pemenang di IMAC 2026, 2027, dst..
Apakah dari film2 pendek yang ada turut berkisah mengenai penghijauan atau semacamnya kah? Saya jd gagal fokus sama topik keseluruhan begitu baca gelangnya bs ditanam . Apakah harus registrasi dulu sblm bisa menghadiri acara ini?
BalasHapusSeru banget acaranya sampai di gelar 3 hari. Penasaran dnegan film karya anak bangsa ini. Sepertinya bagus-bagus ya ceritanya
BalasHapusKaryanya keren-keren banget. Aku setuju soal, pekeerja kreatif juga punya masa saat tidak punya ide sama sekali. Stuck aja gitu. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.
BalasHapusWah... keren ini IMAC Film Festival ya, Mbak. Benar-benar bisa mengembangkan potensi anak-anak muda di bidsng perfilman. Pasti nantinya perfilman Indonesia semakin maju dan berkembang.
BalasHapusSaya sebenarnya mau datang, pas lihat rells Mbak Fednni hari minggu. Ddan saya pikir masih ada waktu nih datang pas hari minggu 16 Februari. Eh... ternyata saya ada urusan keluarga.
Sayang banget yaa, mas Bams..
HapusKalau datang, pasti bisa kopdar. Eh, uda sering yaa.. nlogger Jakarta menghadiri acara seru seperti IMAC 2025 ini.
Asyik banget ya Kak bisa datang ke IMAC film festival dan dapat banyak insight baru di sana. Film-film karya sineas muda juga bagus. Masih anak SMA lho tapi udah jago bikin film.
BalasHapusIMAC Festivel Film ini keren sekali dan kalau bisa diadakan terus sebagai agenda tahunan ya, Mbak. Dari sini pastinya akan lahir sineas-sineas muda yang potensial untuk kemajuan dan perkembangan dunia film Indonesia.
BalasHapusBagus banget motifnya buat generasi muda dan saya juga pengen ikut ke acara IMAC kayaknya bagus sama buat foto foto juga
BalasHapusAaakk, mupeng bangeett buat ikutaaann
BalasHapuskarena pastinya super bangga bisa menyaksikan hasil karya anak muda harapan bangsa.
Semoga acara seperti ini harus tetap ada dan ditingkatkan kualitasnyaaaa. jangan sampai ngilang dari peredaran, apalagi pakai alasan penghematan budget, wokaayy
Membaca sinopsis filmnya jadi pengin nonton juga, keren-keren euy, out of the box tema yang diambil...selanjutnya untuk masyarakat umum bisa nonton dimananya setelah gelana IMAC berakhir. Aaakah di layanan streaming atau...
BalasHapusKerenlah ini IMAAC Festival, talent2 muda yang punya ide-ide kreatif bisa menyalurkannya lewat media yang direcognize secara nasional dan bukan tidak mungkin bs mengglobal yaa
BalasHapusAnak-anak muda memang biasanya masih punya banyak ide segar bahkan out of the box. Keren banget lah event ini. Kalau ketinggalan eventnya, masih bisa ditonton gak film-filmnya?
BalasHapusKereen banget gelang tiketnya bisa ditanam gitu mba?? Ini baru konsepnya green environment yaaa 👍👍👍.
BalasHapusFilm pendeknya menarik semua nih. Unik2 beberapa tema. Padahal yg bikin masih anak sekolah. Hebaaat. Semoga aja dengan adanya kompetisi film maker begini, jadi menambah bakat2 muda di dunia film , supaya perfilman Indonesia bisa lebih bagus lagi
Skr aja film Indonesia udh semakin bagus, tp kebanyakan itu2 aja temanya. Makanya seneng kalo ada teman2 unik dan baru dari bakat baru.
Suka banget sama tema film-film yang dekat dengan keseharian. Memang menikmati keindahan dan mengambil makna dari sebuah karya itu ada berbagai cara yaa.. Pun sebagai kreator yang mewujudkannya. Asik banget bisa hadir di IMAC Festival 2025.
BalasHapusKeren ih anak-anak SMA sudah bisa buat film-film bagus begini. Bakat-bakat muda terpendam bisa bersinar di kemudian hari nih.
BalasHapuskeren-keren dan seru. Saya dulu sempat ingin menjadi penulis skenario nih Mbak, tapi setelah kemari. Eh, kemari justru saya mengurungkan niat nih. Malah ingin fokus dulu menyelesaikan naskah novel saya di KBM App. Wadidaw itu banyak betul yang perlu disiapkan. Doakan ya mbak semoga saya bisa merambah ke industri perfilman suatu hari nanti.
BalasHapusSaya juga setuju dengan quotes di awal nih. Ide sekitar itu mah dekat ya kan
Keren juga nih dengan adanya IMAC Film Festival, ide-ide baru dan karya-karya fresh bikin perfilman Indonesia semakin semarak lagi.
BalasHapusGak nyangka ternyata kemajuan perfilm an Indonesia lumayan meningkat tajam ya mbaa...aku rasa sekarang juga semakin beragam film yang ditayangkan di bioskop ada berbagai genre gak hanya yang sekiranya banyak peminat tapi juga yang sarat makna..dan menurutku acara IMAC ini jug abisa jadi ajang mengasah bakat dan mencari talent2 muda dengan ide2 yang fresh
BalasHapusKarya-karya anak muda yang ditampilkan di IMAC Film Festival 2025 bisa ditonton di platform manakah?
BalasHapusSemoga di upload di yutub yaa.. aku penasaran sama karya anak SMA Negeri Jakarta, Semarang dan Gadingrejo.
Karya anak UPH juga gak kalah bikin penasarannya sii..
Festival Film IMAC adalah wadah yang luar biasa untuk memelihara bakat-bakat muda di dunia perfilman. Acara ini memberikan kesempatan yang sangat dibutuhkan bagi para pembuat film yang sedang berkembang untuk menampilkan karya mereka dan terhubung dengan para profesional industri.
BalasHapusKeren bgt IMAC Film Festival ini. Sineas muda jd punya ajang utk menelurkan karyanya selain tentu saja dr sosmed yg pasti udh bs lbh luas lg. Tp setidaknya dgn ajang ini menjadi sebuah pengakuan sebuah lembaga utk mengapresiasi karya2 sineas muda agar lbh berani menelurkan karya gokilnya. Biasanya tuh anak muda lbh berani utk explore. Terbukti ide cerita karya2nya keren loh dr adek2 kita yg msh SMA ini.
BalasHapusAnak-anak SMA sekarang pada keren, udah pada bisa bikin film. Emang keren nih acara IMAC Film Festival ini, banyak talent-talent muda menghadirkan kreasi seni dalam film mereka di program ini. Yang bikin keren juga ada karya-karya Wregas Bhanuteja. Salah satu sutradara keren, termasuk filmnya yang saya suka itu Budi Pekerti
BalasHapusWah keren banget acaranya, banyak banget bakat-bakat muda yang muncul. Setiap film yang dihadirkan dari cineas muda ini menyimpan pesan moral yang dalam ya.
BalasHapusWaaaah.... anak-anak SMA yang keren! Bisalah kita berharap kelak mereka akan menjadi sineas andal dan menghasilkan film-film yang mencerahkan.
BalasHapusWaaah ada perwakilan dari Semarang juga yang filmnya tampil di IMAC. Saya ikut bangga nih. Anak2 muda sekarang memang harus disupport kreativitasnya agar bisa berkembang dengan maksimal.
BalasHapusAcarsnya keren banget, apalagi temanya green diffraction yg tentang penghijauan. Acara ini menjadi ajang bakat dan prestasi bagi generasi muda yg berbakat di bidang perfilman. Dari sinopsisnya, tema filmnya beragam dan keren2. Jadi kepengin ikut nonton filmnya.
BalasHapusAku punya jagaoan tuh pas hari pertama nonton dan gak nyangka aja ternyata yg buat itu anak2 pelajar, udah ciamik bnget padahal cuma 7 hari mereka menggarap film pendek tapi pesan nyampe
BalasHapusDalam sehari nonton screening film sebanyak ini mbak?
BalasHapusWow, keren-keren yang idenya para sineas muda di IMAC Film Festival ini. Nggak nyangka anak-anak di sekolah menengah sudah bisa menggarap film pendek dengan tema-tema luar biasa
Keren banget sih IMAC ini, beneran menjaring calon pegiat industri film di masa depan. Semuda itu tapi sudah mampu membuat film (bukan sekadar content yang pendek2). Salutoooo...
BalasHapusTerus ada Wregas...wah ini sih keren banget yaaa. Sutradara langganan festival.
Wow ada dari Semarang, salut deh pada anak-anak muda berbakat dan kreatif ini bisa jadi harapan untuk sinema Indonesia mendunia di masa depan..
BalasHapusLihat sekitar kita karena itu bisa jadi karya, noted!
BalasHapussalut dengan para sineas muda yang bisa membuat film pendek seperti ini. Aku ingin nonton ... apa bisa ditonton via online gitu karyanya?
Wah aku ketinggalan info event ini nih, menarik sekali apalagi lokasinya tu strategis diselenggarakan di TIM. Mantul juga nih ada banyak sineas muda seusia SMA sudah bisa bikin film yang bagus2 dengan jalan cerita yang nggak biasa ya.
BalasHapusBener banget sih, ajang seperti ini bisa dipakai buat menemukan bakat2 baru di bidang perfilman.
Keren sekali acara IMAC ini
BalasHapusLadang untuk lahirnya karya karya maestro film dari sineas muda ya mbak
Moga makin berkontribusi terhadap kemajuan industri perfilman di Indonesia
Kebetulan aku juga datang ke IMAC di hari ke3 pas awarding day. Beberapa film yang Kaka sebutkan di atas keluar sebagai pemenang, Prisoned by Her Own Mind dan Remeh Temeh Segumpal daging misalnya. Keren sih IMAC, bisa menjadi wadah para sineas muda untuk unjuk gigi, belajar perfilman dan mengasah kemampuan. Nggak sabar nunggu IMAC berikutnya :)
BalasHapusSeru banget deh ada wadah buat para pelajar bereksperimen bikin film dan bisa dapet sorotan publik untuk dapet feedback langsung tentang karya buatannya. Semoga kesempatan kayak gini ada lebih banyak lagi di Indonesia.
BalasHapuskeren banget acara seperti ini, membuat sineas muda makin terasah kemampuannya, apalagi kalau ada coaching clinic gitu, mereka bebas bertanya mengenai gimana membuat karya yang menarik dan bisa membuat penonton terbawa emosi
BalasHapusdan ide cerita di Imac ini juga bagus-bagus, relate sama apa yang terjadi sekarang ini
Tertarik dengan film Siapa, menarik sekali mereka punya kepekaan tentang Mental illness, bisa nonton dimana ya?
BalasHapusSemoga IMAC Film Festival ini semakin berkembang dan mensupport anak-anak muda bertalenta.
Alhamdulillah makin seru nih perfilman Indonesia... Mudah-mudahan terus bisa maju, berkarya dan meraih penghargaan Internasional... Bikin bangga se-Indonesia... BTW kalo mau tau ada acara kayak gini, lihat dimana sih mbak?
BalasHapusFilm Prisoned by Her Own Mind itu mindblowing banget sih mbak. Aku dari pas nonton tuh langsung amaze. Karena ya dengan waktu sesingkat itu, bisa bikin film dengan tingkat kerapihan seistimewa itu.. kayaknya gak make sense ajaa gitu.
BalasHapusDan bener aja, film itu jadi juara di awarding day kemarin mbak
Wah banyak sekali ya film yang bisa dihasilkan
BalasHapusSebenarnya aku senang senang aja nonton asalkan tetap puya adab dalam bermain film buat artis dan aktornya
Ah kapan ya ada di Surabaya juga IMAC ini
Ikutan antusias sama acara keren, IMAC Festival 2025.
BalasHapusBiasanya, karya anak muda masih yang sangat idealis dan pure untuk dedikasi perfilman Indonesia.
Keren sekali parasinias muda mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karyanya dan mendapatkan penghargaan dan apresiasi supaya mereka bisa terus berkarya di bidang film dan mendapatkan pengalaman yang akan sangat baik di masa depan
BalasHapusAsli sih aku kagum banget sama penyelenggara dan penginisiasi event IMAC Film Festival 2025. Niatan yang sungguh mulia sekali, mewadahi para sineas muda untuk unjuk gigi bahkan dibuat awarding day nya juga. Beneran berasa sangat berkelas dan saingannya ketat yak. Kebayang sih anak SMA all out dalam berkarya, mereka punya banyak energi dan ide luar biasa. Calon-calon sutradara keren di masa mendatang.
BalasHapusTema besar event pun ciamik dan inspiratif. Bukan hanya sekadar tema melainkan fiimplementasikan selama event berlangsung, semacam kasih contoh nyata buat yang hadir. Film film yang di sebutkan menarik dan rasanya pengen nonton semua deh.
Seru banget pasti acaranya ya, ajang kreasi buat anak-anak remaja, sayangnya ga bisa ikutan lihat, dan mengingat beberapa tahun belakangan ini dunia perfilman kita semakin bagus kualitasnya, semoga dengan adanya kegiatan ini semakin banyak menelorkan insan-insan perfilman yang berprestasi dan kreatif
BalasHapusBanyak juga ya judul film yang ikutan IMAC FIlm Festival. 246 judul dengan 6 kurator. Berasa puyeng ya harus mengkurasi film segitu banyaknya. Tapi, keren sih.
BalasHapusWah keren ya. Salut untuk anak-anak muda bertalenta yang sudah menunjukkan karyanya. Terima kasih sharing infonya Kak, jadi lebih tahu bahwa dunia perfilman masih menjanjikan ya ..
BalasHapusini kayak pernghargaan film-film indie kah? yang biasanya digelar untuk anak-anak SMA atau perkuliahan gitu. Keren lho acaranya, dari acara ini bisa dicari tuh bibit-bibit unggul untuk sineas indonesia, biar film-filmnya kedepan lebih top markotop. :D
BalasHapusWah menarik ada festival kaya gini yah, semoga di kampung aku ada juga acara seperti ini. mantap sekali pastinya
BalasHapusSebagai orang yang hobi nonton film. Suka ngebayangin kalau suatu hari bisa main film. Tapi kadang mikir apa masih bisa di usia sekarang memulai itu. Kalau ada event kayak gini kira-kira aku bakal pede nggak yaa. Hmmm kayaknya malu sih hahah.
BalasHapusBuatku wregas film selalu punya ciri khusus yang relate sama hidup sehari-hari
BalasHapusNgangkat isu sosial makanya pas bikin penyalin cahaya dan budi pekerti satupun gada yg gagal.. seru bangat ada film pendek dia diputer di IMAC bisa jadi barometer sineas pemula dalam berkarya
Wah ini acaranya keren banget terutama buat anak muda yang tertarik untuk bergelut di dunia film dan juga pecinta film
BalasHapusIni menarik banget. Pantes aja film-film di Indonesia sekarang bagus-bagus. Penyaringan talentanya juga sudah maju sekarang, sudah terus selalu membaik
BalasHapusWahh langkah bagus ini😍 Betul itu, industri perfilman di Indonesia lagi naik-naiknya, bahkan film dari luar pun banyak yang promosi di sini karena tau pasar Indonesia besar. Ini saatnya para sineas mencari bibit-bibit baru yang berbakat!
BalasHapuskeren ya mba acaranya. dari tulisannya mba fenny pasti senang dan tertarik sekali dengan dunia perfilm an. acaranya juga bagus dihadiri semua karangan. ada slb juga ya
BalasHapusYess mbak, semoga IMAC Film Festival menjadi langkah awal menemukan sineas-sineas muda Indonesia yang berbakat dan mumpuni.
BalasHapusSemoga film Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
kayaknya bagus-bagus itu film pendeknya, semoga semakin banyak sineas muda berbakat yang berani untuk keluar dari zona nyaman dan melahirkan karya-karya yang luar biasa.
BalasHapus