Review Film Sampai Jadi Debu: Momen Diujung Waktu

Keluarga adalah rumah kehidupan yang membuat siapapun belajar banyak hal. Kebersamaan dengan keluarga, tidak dapat tergantikan oleh apapun. Kehadiran keluarga, membuat diri menjadi lebih kuat dan banyak kisah yang terukir di sana. Oleh karenanya, banyak yang mengangkat kisah keluarga menjadi sebuah film, salah satunya adalah film Sampai Jadi Debu.

review film sampai jadi debu

Sinopsis Film Sampai Jadi Debu

Kematian Pak Sugeng (Agus Wibisono) membuka tabir bahwa ternyata Bu Sugeng (Cut Mini) telah menderita Alzheimer semenjak satu tahun yang lalu, sebelum kepergian suaminya itu. 

Bu Sugeng memiliki 4 anak, yaitu Lukman (Eduwart Manalu), Ruri (Ully Triani), Nining (Erfika Diandra), dan Damar (Wafda Saifan). Hanya Damar belum berkeluarga, jadilah ia yang menjaga ibundanya di rumah, sedangkan ketiga kakaknya berada di kediaman mereka masing-masing. 

Namun, kegalauan terjadi, karena Damar adalah karyawan yang bekerja di Jakarta, sedangkan Ibundanya tinggal di Solo. Lukman pun berinisiatif untuk menyediakan perawat agar ibunda ada yang merawat lebih intens. Damar keberatan dengan hal tersebut, karena merasa masih sanggup merawat ibunya. Ia akan mencari pekerjaan di Solo dan mengundurkan diri dari kantornya di Jakarta.

review sinopsis film sampai jadi debu
adegan Bu Sugeng, Lukman, dan Damar (dok. Youtube Falcon Pictures)

“Kan tahu penyakit ibu kayak gimana. Sama kita aja sering lupa, apalagi sama orang lain.” Ujar Damar saat menghampiri Lukman, kakak tertuanya. 

“Lama-lama juga biasa. Kerjaan aku banyak. Kamu enak masih lajang. Coba aku mau lihat, apa bisa kamu bagi waktu sama istri dan buat ibu?” Lukman menanggapi.

“Semisal ya, Mas. Mas masih bayi, terus nangis. Mas lebih memilih disamperin Ibu atau baby sitter?” Jawab Damar.

Lukman pun marah. Ia lantas mengungkit masa lalu. “Kamu ini kemana, Mar? Sekarang ini, kamu sok perhatian sama ibu yang lagi sakit-sakitan.”

Perdebatan yang tak ada habisnya itu, merembet pada permasalahan untuk menjual rumah orangtua mereka dan hijrah ke ibukota. Tak sampai di situ, Damar pun juga beradu pendapat dengan kekasihnya, Laras (Yasamin Jasem). Damar memutuskan resign untuk berada di Solo merawat ibunya, sekaligus meninggalkan Laras, karena tidak ingin terulang kembali hilangnya kebersamaan ia dengan ayahnya.  

Baca Juga: Review Film The Flood Perjuangan Petugas Imigrasi

review sinopsis film sampai jadi debu
Laras dengan Damar (dok. Youtube Falcon Pictures)

Ulasan Film Sampai Jadi Debu

Film Sampai Jadi Debu, disutradarai oleh Eman Pradipta dengan durasi 90 menit. Meski sudah rilis cukup lama yaitu pada bulan April tahun 2021, tetapi related dengan kehidupan masa kini. 

Diproduksi oleh KlikFilm Productions yang bekerjasama dengan Canary Studios dan RK23 Pictures, film dengan genre drama keluarga ini cukup menyentuh. Cut Mini apik memerankan karakter sebagai Bu Sugeng, yang kehilangan belahan jiwanya dan menderita alzheimer. 

Begitu juga dengan Wafda Saifan yang berperan sebagai Damar, klop dengan karakter Bu Sugeng. Ikatan kuat antara ibu dan anak juga sebaliknya, terlihat dari scene yang ditampilkan. Apalagi momen Damar memutuskan resign dari kantornya demi orangtua, jadi mengingatkan saya ketika mengundurkan diri dari posisi sebagai teller dengan alasan yang sama. 

Baca Juga: Review Film Cyber Heist Perjuangan Ayah Demi Keluarganya

Terbilang berat memang untuk resign, karena kitanya sudah oke bekerja, tidak ada masalah dengan rekan maupun atasan, tetapi alasan karena menjaga orangtua menjadi satu kunci yang istilahnya tidak bisa diganggu gugat oleh apapun. Sebab pastinya momen kebersamaan dengan orangtua, belum tentu ada kesempatan di waktu berikutnya, dan tidak akan terulang kembali, bukan?

review sinopsis film sampai jadi debu
poster film Sampai Jadi Debu

Baca Juga: Drama Bergenre Komedi Crime yang Seru

Secara keseluruhan, film yang menggunakan bahasa Indonesia ini menarik untuk disimak, karena memberikan inspirasi antara kedekatan anak dengan orangtuanya. Waktu akan terus melangkah maju, tidak bisa balik seperti semula, maka buat dan isilah waktu yang berjalan itu dengan momen terbaik bersama keluarga.  ⭐/5

40 komentar

Komen Blog fennibungsu.com
nurul rahma mengatakan…
ini tipikal film yg bakal bikin nangis kejerrr.
apalagi aku juga dekat dgn almh Ibu
dan masih nyeselll karena blum berikan bakti terbaik utk Ibu
kudu ditonton sekeluarga yah.
pastinya baguuuss bgt message nya
Komen Blog fennibungsu.com
Sukacita mengatakan…
Judulnya sudah memberi kesan mendalam dan diperlihatkan untuk mengambil pilihan berat harus resign karena menjaga Ibu.

Belakangan ini aku banyak menerima kisah bagaimana orang tua itu butuh kesabaran tinggi untuk menjaganya dan kisah ini sepertinya perlu ditonton untuk bisa melihat bagaimanapun kalau bukan anak yang menjadi orang tua siapa lagi, walau dengan tantangan tugas ya tugas.
Komen Blog fennibungsu.com
Ria Tumimomor mengatakan…
Memang ketika orangtua mulai terbatas kegiatannya (dikarenakan sakit dan hal lainnya) akan jadi dilema untuk anak. Saya rasa film ini gak buat menghakimi mereka2 yang apa boleh buat tidak bisa mendampingi orangtua, tapi lebih untuk kita mengingat agar sebisa mungkin menyertai orangtua di kala mereka tengah sakit atau semacamnya. Karena waktu yang dimiliki sangat singkat dan berharga ya.
Komen Blog fennibungsu.com
adeuny mengatakan…
baca ulasan mbak soal film ini bikin aku keinget sama ibuku... butuh banyak kesabaran untuk membersamai sakit ini memang belum lagi tekanan dari luar.
Jadi penasaran banget pengen nonton filmnya, tapi aku takut nangis....
Komen Blog fennibungsu.com
Dari ceritanya menarik mba. Tapi feelingku bilang bakal sedih juga ga nih? Endingnya happy kah? Jujur aku ga bisa lihat film sedih. Pasti lama kebawanya 😅. Mood langsung drop. Apalagi kalo menyangkut orangtua. Keinget Ama ortu sendiri yg jauh di Medan.

Makanya utk cerita sedih, biasanya aku prefer baca spoiler, JD at least sedihnya ga berasa banget 🤭.

Ini Krn yg main cut mini, aku yakin pasti baguuuus. Selalu suka film2 yg diperanin dia👍👍.
Komen Blog fennibungsu.com
Fajarwalker.com mengatakan…
Wha, barusan tadi posting lagu di grup dengan judul yang sama. Jadi baru tau malah, ternyata ada film dengan judul serupa. Dan ternyata mengadaptasi dari Judul Lagunya, hehehe

Aku baca ceritanya udah gak sanggup lanjut nonton mbak. Kebayang sih, emang berat banget untuk mutusin kalo ada di posisi itu. Di satu sisi orang tua penting, tapi ninggalin karir juga memang ga semudah itu.
Komen Blog fennibungsu.com
erykaditya mengatakan…
Pas baca judulnya aku pikir ini film baru kak tapi ternyata film lama ya...namun ceritanya masih bakal related sampai kapanpun sie menurutku..memang kadang kita harus dihadapkan pada dua pilihan sulit orang tua atau masa depan namun bener kebersamaan dgn orangtua tidak akan bisa terulang..bisa dihitung kok kira2 masih berpa tahun lagi kebersamaan kita dengan beliau,,jadi ikut sedih :(
Komen Blog fennibungsu.com
Yuni Bint Saniro mengatakan…
Nonton film seperti ini tuh bikin kita jadi ingin terus bersama dengan keluarga. Tapi melihat kondisi sendiri tuh miris. Apalagi keluarganya yang merantau di tempat yang jauh dan tidak perduli pada keluarga yang ditinggal di rumah. Ah entahlah.
Komen Blog fennibungsu.com
tantiamelia.com mengatakan…
Wah, seru banget nih review-nya, Mbak Feni! Film Sampai Jadi Debu emang bener-bener mindblowing deh! 🔥

Ceritanya deep banget, dan twist-nya gak ketebak sama sekali! Pantesan film ini jadi banyak omongan, karena emang ngena banget buat yang suka film dengan plot yang beda dari yang lain. Bikin mikir lama setelah nonton, tuh. Recommended banget buat yang pengen nonton film yang gak cuma sekedar hiburan, tapi juga punya makna yang dalam. Mantap banget review-nya!
Komen Blog fennibungsu.com
Maria Tanjung Sari mengatakan…
Sedih pas waktu baca artikel ini, gimana pas nonton langsung ya. Pasti tambah sedih dan nangis. Memang ketika orang tua sudah sepuh apalagi punya penyakit, kita sebagai anak juga setidaknya harus ada yang menjaga. Keputusan resign juga kadang harus dilakukan demi menjaga orang tua
Komen Blog fennibungsu.com
Annie Nugraha mengatakan…
Keknya aku pernah nonton deh film ini. Sungguh menarik karena mengangkat kisah2 natural yang terjadi pada keluarga. Khususnya tentang cinta kepada orang tua. Tugas merawat yang sering menjadi pertentangan antar saudara. Tapi bener kalimat bahwa "kebersamaan dan merawat orang tua tidak akan pernah terulang". Aaahhh touchy banget.
Komen Blog fennibungsu.com
Didik Purwanto mengatakan…
Baca sinopsisnya aja udah kebayang gw bakal nangis. Film apapun bertema ibu selalu sukses bikin aku mewek. Ini ceritanya relate sih ama kehidupanku. Meski org tua msh lengkap, tp udh sepuh, jd mau ga mau ya, anak lah yg gantian merawat.

Omongan Damar td jg nyentuh bgt. Masa kamu mau dikasih baby sister pas kamu nangis? Ini seolah menampar muka anak2 yg msh pny org tua tapi ga mau merawatnya, malah dikasih ke panti jompo/malah menelantarkannya.

Smg film ini menginspirasi bnyk org utk trs menjaga dan merawat org tua yg msh ada. Bgm pun, kita akan menyesal kalo org tua udh meninggal. Mau berbakti kpd siapa lagi kl ortu udh ga ada di dunia ini?
Komen Blog fennibungsu.com
Suci mengatakan…
Semenjak liat akting Cut Mini di film Laskar Pelangi, aku jadi ngefans sama beliau ini.
Cocok banget peranin sosok ibu / ibu guru karena keibuan banget.
Trus kalo cerita tentang keluarga tuh kaya ngga pake expired, bakalan related sampe kapanpun.
Bolehlah ini jadi referensi tontonan.
Komen Blog fennibungsu.com
Wahid Priyono mengatakan…
Ketika berada di posisi Damar ternyata tidak gampang, karena harus resign demi keluarga mereka. Ceritanya bagus dengan tema...
Komen Blog fennibungsu.com
Maria G Soemitro mengatakan…
ritmenya terkesan pelan ya?
Karena penuh debat dalam hati dan berbagai pertimbangan
yang seperti ini sangat membutuhkan akting yang ciamik dan penonton yang mengidolakan aktris/aktornya
Komen Blog fennibungsu.com
Bunda Saladin mengatakan…
Wahh aku suka nonton aktingnya Cut Mini. Berarti film ini bisa ditonton di aplikasi KlikFilm kah?

Kalo film tentang keluarga, terutama ibu, emang mengharu-biru ya. Cocok ditonton di akhir pekan.
Komen Blog fennibungsu.com
Nanik nara mengatakan…
Huaa baru baca reviewnya saja, saya sudah terharu. Apalagi kalau lihat filmnya, harus sediain tissue nih. Emang ya, urusan orang tua dan anak tuh permasalahan sehari-hari yang ada di sekitar kita
Komen Blog fennibungsu.com
Wahyu Suwarsi mengatakan…
Baca reviewnya aja udah mau mewek. Ingat orang tua yg sudah menjnggal semua, ingat pada saat sakitnya. Semoga film ini menginspirasi kita semua untuk selalu berbakti pada orang tua, sebelum mereka meninggalkan kita.
Komen Blog fennibungsu.com
Hamimeha mengatakan…
Kayake bakal nangis deh menonton film ini.baca sinopsis dan cuplikan dialognya aja bikin nyes. Ah... ini kenapa akhir akhir ini filmnya bikin hati hangat gapi juga agak sesak .
Komen Blog fennibungsu.com
Jalan-Jalan KeNai mengatakan…
Saya pasti bakal nangis deh nonton film ini. Yakin banget! Apalagi kalau baca sinopsisnya jadi agak mengingatkan dengan pengalaman pribadi. Siapin tissue yang banyak.
Komen Blog fennibungsu.com
Pida SF mengatakan…
Setujuu bangett..
Ditambah lagi godaan sebagai peran anak kepada orang tua yang seharusnya yang banyak banget godaan. Belum lagi kakak yg sellu mengambinghitamkan statusnya yg uda nikah, karna si adek masih lajang. Jd seakan yg wajib menjaga ortu adalah sang adek, pdhl semua anak wajib
Komen Blog fennibungsu.com
Dee_Arif mengatakan…
Aku lihat poster dan judunya, aura sedihnya berasa banget. Jadi takut nonton
Komen Blog fennibungsu.com
AlineaLala mengatakan…
Film Indonesia yang bagus. Beneran kaya akan nilai-nilai, terutama bakti kepada Ibu. Luar biasa keputusan Damar dan rupanya kak Fen pun pernah memilih resign untuk merawat orangtua. Aku sangat salut dan hormat kepada kalian yang sangat memperhatikan dan mengutamakan orangtua.

Kebayang sih selama nonton ini film bakalan nangis aku tuh. Paling ga bisa nahan misal bahas terkait keluarga.
Komen Blog fennibungsu.com
Ariefpokto mengatakan…
Kadang Saya menghindari film jenis ini karena suka bikin nangis hahhah. Tapi perlu juga ditonton untuk mengasah perasaan Kita dan lebih faham soal realita kehidupan
Komen Blog fennibungsu.com
Syarifani Mulyana mengatakan…
Baca latar belakang alurnya aja udah bikin mewek duluan. Huhu
Pasti sepanjang film adegannya mengharu biru, mana pemeran ibunya jago akting pula, Cut Mini
Penasaran sama endingnya, soalnya kan si Damar ninggalin Laras pindah ke Solo tapi kok poster filmnya mereka duduk bertiga, apa jangan-jangan Laras ikut hijrah ke Solo buat nemenin Damar?
Komen Blog fennibungsu.com
lendyagasshi mengatakan…
Waktu gakkan kembali.
Ini bener banget.
Seandainya kalau apa yang kita inginkan bisa sejalan dengan apa yang kita sedang jalani... Film keluarga mengingatkan kita bahwa rumah-lah tempat kita kembali.
Komen Blog fennibungsu.com
Ainun mengatakan…
kalau soal orangtua berat banget dengernya, apalagi ini mengenai film yang kita liat juga visualnya. Bayangan kita udah pasti relate sama kehidupan sehari-hari, demi orang tua pengennya memberikan yang terbaik, termasuk merawatnya
bakalan sedih pastinya nonton ini film, apalagi yang main cut mini, totalitas soalnya
Komen Blog fennibungsu.com
Sabrina mengatakan…
Belum pernah nonton film ini tapi tahu karena sering berseliweran cuplikannya, kayaknya memang bagus ya Mba Fen soalnya bercerita tentang kehidupan nyata sehari-hari dan pemainnya juga para artis senior udah pati totalitas banget aktingnya karena sudah berpengalaman, tapi baca beberapa review sepertinya harus siapin tisu banyak ya, duh suka ga kuat kalau nonton film tentang keluarga gitu, apalagi saya pernah ngalamin harus resign kerja untuk jaga orangtua
Komen Blog fennibungsu.com
Aku suka film ini
Meski ada beberapa scene terkesan kaku
Tapi akting "ibu" yang diperankan di sini memang sesuai kenyataan yang ada
Ah, aku jadi ingat bapakku yang pergi lebih dulu juga dan menyisakan banyak kenangan di mamaku dan aku sendiri
Komen Blog fennibungsu.com
Pipit ZL ceritaoryza.com mengatakan…
Ah, menyayat hati ya kak. Saya juga pasti bakal nangis deh nonton film ini. Baca sinopsisnya aja waduuuh
Komen Blog fennibungsu.com
Rafahlevi mengatakan…
Cut mini kalo ngambil peran gak pernah gagal.. dan peran-peran sebagai ibu selalu suses bikin kita terbawa sama emosinya peran dia.. keren banget
Komen Blog fennibungsu.com
lendyagasshi mengatakan…
Aku seriing sekali memikirkan ini..
Meskipun ibuku sehat wal'afiat, alhamdulillah.. tapi di keluargaku, aku satu-satunya anak perempuan. Yang katanya dari kecil, "Orangtua itu punya anak perempuan buat tempatnya bergantung di hari tua".

Semoga aku bisa seperti Damar yaa..
Bisa menghormati orangtua sekuat tenaga meski ujiannya kudu ninggalin pekerjaan mapan dan hubungan percintaan.
Komen Blog fennibungsu.com
sylvianayy mengatakan…
ya allah sedih banget ini film-nya aku bacanya ada sedih pasti bakal nangis deh kayaknya kalau nonton, aku paling ga bisa nih kalau cerita sedih soal orang tua gini
Komen Blog fennibungsu.com
lendyagasshi mengatakan…
Film keluarga mengingatkan kita untuk tetap menjejak di bumi (bahasa Sunda dari rumah). Dan karena diperankan oleh aktor-aktor yang tepat, maka film ini pastinya sangat meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam.
Komen Blog fennibungsu.com
Siska Dwyta mengatakan…
Selalu suka dengan film bertema keluarga. Walau film ini udah lama ya tapi emang dari alur cerita yang dipaparkan di atas emang related dengan masa kini. Salutlah sama anak seperti Damar ini yang rela memutuskan resign untuk menemani Ibunya yang menderita alzhaimer. Wah, jd penasaran jg dengan ending cerita "Sampai Jadi Debu" ini. Apakah happy or sad ending?
Komen Blog fennibungsu.com
Erin Herlina mengatakan…
Harus nonton nih, Film Sampai Jadi Debu. Tentu sebagai anak, harus memutuskan dengan bijak untuk Ibu yang menderita Alzhaimer.
Komen Blog fennibungsu.com
Mutia Nurul Rahmah mengatakan…
Kalau udah film tentang keluarga,takut banget nangis termehek-mehe khuhuh... Makasih udah review ya mba. Btw jadi keingat wafda ganteng bangeeett
Komen Blog fennibungsu.com
Eka FL mengatakan…
mulai banyak ya film-film drama keluarga seperti sampai jadi debu, kemarin ada filmnya prilly yang tentang mental health karena keluarga broken homen, si debu ini justru tentang saling menguatkan antar anggota keluarga ya. setiap film punya inspirasi yang berbeda. bagus sih, film indonesia mulai bagus bagus dramanya
Komen Blog fennibungsu.com
Diah Alsa mengatakan…
cerita seperti ini muncul karena relate dengan kehidupan kita sehari-hari ya.
saluut banget deh lihat pengorbanan anak yang seperti ini, karena momen dengan orang tua itu memang tidak bisa terulang lagi, sama dengan momen masa kecil dahulu ya.
Komen Blog fennibungsu.com
Irawati Hamid mengatakan…
film yang mengangkat tema keseharian seperti ini biasanya menguras air mata, apalagi bila ceritanya berkaitan dengan ibu, dijamin bakalan bikin nangis deh
Mengenai Saya
Fenni Bungsu
Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��
Cari Blog Ini
BPN
BPN
Logo Komunitas BRT Network
Bplus
Bplus
Bloggerhub
Bloggerhub
KEB
KEB
MBC
MBC
KSB
KSB
Intellifluence
Intellifluence