Dalam bidang pertambangan dan energi, kita akan sering melihat pekerjaan bidang tersebut (lapangan) didominasi oleh para pria, sedangkan untuk wanitanya berada di dalam kantor alias pekerjaan yang sifatnya lebih administratif. Padahal wanita juga dapat berperan dalam bidang itu, terlebih menyangkut dengan green jobs atau pekerjaan hijau. Oleh karena itu, ini menjadi bahasan yang menarik bagi saya untuk mengikuti ISEW (Indonesia Sustainable Energy Week) 2023.
ISEW 2023 merupakan kegiatan tahunan yang penyelenggaraannya atas kolaborasi pemerintah Indonesia dan Jerman, dan diselenggarakan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Clean, Affordable, and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), serta Institute for Essential Services Reform (IESR), serta Kementerian ESDM dan Bappenas.
Pada tahun ini, ISEW 2023 mengangkat tema “United Towards a Decarbonised Energy System”, berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta semenjak tanggal 10 hingga 13 Oktober 2023. Saya turut hadir, pada hari terakhir ISEW 2023, dan takjub akan diskusi hangat pada hari itu mengenai Just Energy Transition is Not Just an Energy Transition.
Apakah Wanita Bisa Berkontribusi dalam Pelaksanaan Energi Terbarukan?
Wanita dapat berperan aktif untuk energi terbarukan. Pasalnya perjalanan hidup di bumi ini tidak hanya dilakoni oleh pria saja, wanita pun turut andil di sana. Sebagaimana yang disampaikan oleh Maya Muchlis, Woman in Mining and Energy (WiME) Executive Director and Sustainability Consultant at Hatch dalam sesi diskusi ISEW 2023 hari ke-4 bahwa sebagai engineer ia jarang melihat adanya wanita, karena mayoritas adalah laki-laki. Padahal wanita bisa berkontribusi di energi terbarukan ini, karena banyak yang merasakan keresahan yang sama akan kondisi saat ini.
Hal serupa disampaikan pula oleh Maryam Karimah Renewable Energy Consultant, Trama Tecno Ambiental, Spain, di bidang renewable (engineering) ini sebenarnya banyak kesempatan dan terbuka untuk perempuan. Walau pastinya ada tantangannya, misal harus ke daerah terpencil di Asia Pasifik seperti Vanuatu dan Makronesia. Sehingga perlu ada transfer pengetahuan untuk bisa regenerasi kepada perempuan/generasi muda lainnya.
Suara Generasi Muda untuk Transisi Energi
Konsep transisi energi menjadi upaya brilian agar tidak lagi bergantung pada energi fosil. Sebab kita memiliki ragam energi terbarukan seperti angin, surya, air, biomassa, dan panas bumi yang dapat dijadikan sumber energi bersih. Targetnya di tahun 2025 mendatang kita bisa memiliki 23% bauran energi terbarukan ini, serta untuk pengurangan emisi GRK sebesar 31,89% dari Business-as-Usual (BaU) di tahun 2030.
Maka perlu gaung untuk lebih meluaskan lagi akan transisi energi berkeadilan. Suara generasi muda bisa menjadi pelopor semangat kepada masyarakat, agar transisi energi bisa sepenuhnya diwujudkan dalam segala bidang, salah satu contohnya beralih menggunakan transportasi publik dari sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi. Manfaat dari pemakaian transportasi umum ini berdampak besar untuk meminimalisir jejak karbon. Seperti harapan dari Psycel Zahqindi Gea Kencana, pemenang CASE video challenge “Me in 2050” and Youth Representative, yang hadir mewakili kaum muda, ingin berkontribusi dalam transisi energi, agar di daerahnya ada transportasi umum sehingga bisa bebas emisi karbon.
Pada kesempatan lain, Sabrina Farah Salsabilla berkiprah semenjak tahun 2019 melalui sebuah platform bernama Society of Renewable Energy (SRE) Women, terus merangkul generasi muda kalangan mahasiswa yang tertarik dengan energi terbarukan. Ia mengungkapkan rasa syukurnya, bahwa sudah ada 20 universitas yang tergabung, tidak hanya perempuan saja, ada juga laki-laki yang turut berkontribusi.
Baca Juga: Ini Dampak Penting dari Perubahan Iklim
Dukungan Perusahaan untuk Berkontribusi melalui Pekerjaan Hijau
Tak hanya wanita, dan generasi muda saja yang ingin turut serta berpartisipasi menyuarakan transisi energi, perusahaan-perusahaan pun juga bisa melalui pekerjaan hijau. Implementasi pekerjaan hijau ini, penguatan dari sisi SDM (Sumber Daya Manusia) diperlukan baik dari sisi pemahaman dan persiapannya.
Dalam sesi TEDTalk and QnA Preparing Human Resources for A Decarbonised Energy System, Dhanrendra Wardhana Senior Planner, Directorate of Manpower, Bappenas menyampaikan bahwa ada empat strategi pengembangan SDM yang dapat mendukung green jobs, dengan cara:
1. Meningkatkan pemahaman dan minat masyarakat dan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (DUDIKA) pada green jobs.
2. Membangun ekosistem yang mendukung pengembangan pekerjaan hijau.
3. Meningkatkan kesiapan SDM untuk masuk ke pasar green jobs.
4. Memperkuat peran asosiasi dan DUDIKA dalam mendukung pertumbuhan pekerjaan hijau.
“Persiapan menyambut energi terbarukan pada pekerjaan hijau, kami menggandeng dengan pelaku industri untuk bersama mengimplementasikannya melalui program sertifikasi dan pelatihan berbasis industri.” Terang Dadang Kurnia, Advisor, GIZ, pada kesempatan yang sama.
Persiapan perusahaan untuk green jobs ini memang harus matang, terutama ketika merekrut karyawan baru. Penting untuk disampaikan bahwa perusahaan tersebut mengusung dekarbonisasi, bisa dilengkapi dengan contohnya, misal meminimalisir penggunaan kertas, menghapus email yang sudah lama, penggunaan lampu ramah lingkungan dan sebagainya.
Perwakilan dari sisi Perusahaan, Aswita Wulandari Saragih, Corporate Citizenship Specialist dari Schneider Electric Indonesia menerangkan bahwa dekarbonisasi dapat dilihat di sisi supply, ini sudah diterapkan dari energi resources ke energi bersih. Mungkin hal ini tidak mudah, karena kita banyak memiliki kekayaan tambang seperti nikel, timah, aluminium dan lain-lain. Namun, perusahaan bisa menyediakan teknologi energi transisi dan peningkatan skill bagi SDM sehingga upaya dekarbonisasi ini bisa mudah tercapai.
Baca Juga: Apa Arti Penting Lingkungan Hidup
Transisi Energi Berkeadilan Optimis Kita Wujudkan
Indonesia juga bertekad mencapai Net-Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Tentunya dukungan dari berbagai elemen seperti pemerintah, swasta, masyakarat, serta generasi muda bisa mewujudkan energi terbarukan menjadi langkah transisi energi untuk bumi lestari. Konsisten dan kompak menerapkannya, minimalisir risiko dan berkeadilan sebagaimana dalam amanat konstitusi Undang-Undang dasar 1945 pasal 33, maka optimis dapat kita wujudkan bersama.
“Transisi energi bisa tercapai di mana kita semua konsisten melakukannya.” Terang M.Reza Husein, Energy Auditor of GERILYA Programme of Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR).
Lebih mendalam tentang transisi energi ini, Ibu Ruly Marianti, Principal Advisor, GIZ ISED menerangkan bahwa transisi energi membicarakan tentang perubahan energi dari yang bergantung dengan fosil ke energi lebih bersih atau energi terbarukan. Lalu dari sisi berkeadilan tentang lingkup sosial. Maka dari itu, transisi energi yang berkeadilan begitu kompleksnya karena ada aspek-aspek yang terkait seperti aspek inklusi sosial, kesetaraan akses, kesetaraan gender, kepemilikan dan partisipasi masyarakat, perlindungan lingkungan, serta penciptaan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan.
“Kesemuanya saling terkait, misalnya saja pada suatu perusahaan yang ingin menjunjung konsep energi bersih, tidak hanya menggunakan transisi energinya saja dalam pengelolaannya, tetapi juga pekerjaan hijau yang disediakan. Begitu pula dalam penyiapan SDM butuh waktu yang cukup panjang dan tidak bisa dilakukan masing-masing atau dengan satu kepentingan saja. Perhatikan juga bagaimana pengembangan keterampilan para SDM, serta ciptakan ekosistem yang kondusif untuk pengembangan SDM.” Jelas Ibu Ruly Marianti.
Konklusi
Berbagai upaya baik, tentunya terus kita lakukan, karena tak mungkin juga kita terus bergantung dengan energi fosil. Energi terbarukan sebagai energi bersih menjadi jalan dalam mengatasinya, agar dekarbonisasi dapat menurun, sehingga perubahan iklim yang kita rasakan semakin ekstrem dapat terkendali dan normal kembali. Bila semua pihak bekerjasama menerapkan secara rutin, begitupula masyarakat di rumah dengan pola hidup minim gas emisi karbon, dan penerapan transisi energi maka target kita dapat terwujud, sesuai harapan. Yuk bersama dukung transisi energi untuk masa depan lebih hijau dan kehidupan di bumi lebih nyaman lagi.
43 komentar
menurut saya Transisi energi suatu langkah besar dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih baik
. Dengan mengurangi sumber energi konvensional dan beralih ke teknologi ramah lingkungan. itu semua kita lakukan untuk upaya masa depan yang lebih baik
dan kakak mengajak semua orang untuk lebih peduli terhadap linggkungan
Agar energi tetap bisa dihasilkan meski SDA makin menipis
Semoga kita semua aman selalu
Saya optimis pasti bisa
Acaranya bagus banget sih iniii :D
Selalu kagum saat tahu ada perempuan yang terlibat dalam industri energi terbarukan.
Soal energi terbarukan, pas cuaca dan iklim lagi panas kayak sekarang ini baru terasa banget dampaknya. Polusi makin banyak dan mengganggu kenyamanan juga pernapasan. Semoga transisi energinya berjalan lancar dan semua pihak menyadari pentingnya hal ini
Kalau tanggapan buat komen teh Efi, sebenarnya ibu2 udah mulai banyak kiprahnya. Cuma memang sepertinya skalanya masih rumah tangga dan lingkungan sekitar. Tapi dari yang kecilitu sebenarnya berdampak besar juga ya :D