Judulnya ngeselin yah. Secara gitu kamu jadi harus memilih mau laper atau baper. Padahal keduanya nggak ada yang enak. Apalagi nikmat, beeuuh jauh dah. Rasa kesal datang bergelayut dalam hati. Lalu luapan amarah jadi muncul. Fix, badan pun jadi tidak nyaman.
Saya sering kali mendengar kalimat, “Orang kalau lagi lapar bawaannya galak.” Saya mengakuinya sih. Karena kan kalau sudah laper, akan mengarah ke sakit kepala. Pusing. Penglihatan berkunang-kunang. Lalu apapun yang didengar bawaannya jadi tidak suka, resmilah marah itu terjadi dan kemudian timbulah apa-apa bawa perasaaan.
Laper dan Baper Itu Apa?
Laper sebenarnya adalah kata tidak baku dari lapar, bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan baper, merupakan akronim dari BAwa PERasaan.
Makanya, judul di artikel ini menjadi sebuah pilihan yang sulit sepertinya. Ibaratnya bagaikan memakan buah simalakama (lebay banget fenni bungsu, wkwkwk). Padahal kalau ada yang bertanya apaan itu buah simalakama, juga nggak pada paham. Ingatnya cuma satu, pokoknya nama buah yang suka dijadikan pepatah lama, hehe.
Laper dapat ditangkal dengan memasukkan makanan ke dalam tubuh. Atau bisa dengan melakukan puasa. Jadi, rasa lapar yang tertahan nggak percuma, sebab sekaligus ibadah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dengan niat yang tulus kan pahalanya dapat, dan saat berbuka nanti lebih bersemangat.
Sedangkan baper, bisa ditanggulangi dengan menahan diri dan berpikiran positif. Pasalnya, baper itu masih saudaraan sama rasa sensitif alias dikit-dikit marah, atau merajuk alias ngambek. Bahkan efeknya itu bisa mengakibatkan susah tidur. Percaya nggak?
Baca Juga: Kondangan (Nggak) Selalu Enak
Kisah Laper dan Baper Terjadi Bersamaan
Di sini sih saya nggak bahas panjang kali lebar bagaimana baper dalam dunia medis, karena sudah ada pakarnya, begitupula sudah bertaburan mungkin artikelnya di website, sehingga kamu sekalian bisa mencari sendiri sumber terpercaya. Palingan, saya akan kasih gambaran gampangnya melalui sebuah kisah (ketika saya masih mengajar di bimbingan belajar kala itu) dimana urusan laper dan baper terjadi dalam waktu bersamaan.
Baca Juga: Jadinya Ribet atau Repot?
Sebutlah dia Mr. Pria. Beliau ini terkenal lembut dan tegas dengan peserta didik. Kalau lagi rapat suka makan gorengan, eh😄. Asik ketika mengajar, karena menggunakan metode yang interaktif (sampai kedengeran soalnya di kelas lain kalau lagi nge-games, termasuk pas sebelahan sama kelas saya hehe).
Hingga suatu ketika si mister sedih tatkala melihat kelakuan muridnya yang duduk di bangku kelas 9SMP tidak bisa diam. Ia mencoba bersabar beberapa sesi dengan memberikan pengertian, akan tetapi para siswa tersebut tak juga berubah.
Mr. Pria akhirnya mengundurkan diri dari mengajar kelas dimana ada siswa tersebut, dan memilih untuk mengajar kelas lain yang muridnya lebih bersahabat. Posisinya di kelas yang lama itu, digantikan oleh pengajar lain.
Dari hal tersebut, tampak ada perasaan sedih dan terluka di dalam jiwanya, tatkala ia menyampaikan saat rapat. Pernah juga beberapa siswanya menanyakan keberadaannya, “Mengapa tidak lagi mengajar di kelas mereka?”
Dan kocaknya saat itu terdengar, alasan Mr. Pria memilih mundur, karena ia baper dengan perilaku siswanya dan di sisi lain yang bersamaan jam mengajarnya adalah jam laparnya si mister. Saat itu saya berpikir, mungkin alasan ini bisa saya gunakan suatu saat kalau mendapat kelas yang gak asik, wkwkwk.
Maka dari itu, kalau disuruh milih laper atau baper, maka saya pilih lemper. Alasannya karena lemper itu enak ada isi ayam, dan terbuat dari ketan putih dengan dibungkus daun pisang. Apalagi biar urusan laper kelar dan gak bikin baper yang baca tulisan ini wkwk.. Bagaimana, setuju kan? 😁
49 komentar
itu pak gurunya kasihan tauk. masa anak muridnya ga peka...kasihan pak guru jadi ngambek soalnya anak muridnya pada ndableg semua hahahah
Betewe, gemes juga baca kisahnya mister pria ya. Karena laper jd kebawa baper sama perilaku (salah satu) siswanya :)
BTW, kalau saya ngajar di kelas, selalu memastikan bahwa perut tidak dalam keadaan kosong karena konsentrasi akan tercerai berai. Wajib sarapan sebelum berangkat dari rumah dan menikmati snack sebelum mengajar. Plus harus membawa botol minum saat pengajaran berlangsung. Maklum. Kalau orasi di depan kan mulut dan tenggorokan bisa kering kerontang.
Jadi kalau disuruh milih laper atau baper tentu saja aku maunya lempeeerr! Hidup lemper!!
Saya pun guru/pendidik di sekolah SMA yang mayoritas anak2nya sudah bujang dan gadis, tentu harus berprilaku wajar, tidak mudah baper dengan anak-anak yang notabene umurnya di bawah saya. Sewajarnya, sepantasnya dalam berprilaku...
karena lagi Intermittent fasting dari 12 jam diperpanjang 13 jam, 16 jam dan sekarang mencoba 18 jam
jadi sekarang sedang laperrrr :D :D
Setuju kalau ini.
Nah memang soal laper ini emang terkadang nambah baper dan bikin sensitif. Terutama untuk bapak-bapak
Rasanya ada titik sensitif seseorang terhadap sebuah kejadian. Semoga laper dan baper ini gak berkepanjangan. Tapi ada baiknya kalau laper, segera makan sii.. hihii, soalnya suka sensi kalok gak diturutin.
Laper bikin perut meradang dan baper bikin hati terguncang ea eaaa
Ya udah lah , kita sepakat pilih lemper aja, ya.. hehehe
kalau udah kenyang baru deh biasanya kebaperan itu biasanya ngga terjadi wakkaka bener kak Cindi di atas, senggol bacok kalo laper
Enak dan mengenyangkan
Daripada baper, makan ati
Sakit
Haha
Yang sakit kita sendiri dan orang lain gak tau kalau gak kita kasi tau salahnya dimana.
Semoga jadi orang baper tai segera menyelesaikan masalahnya. Emm, btw.. Aku keknya mirip Pak Guru itu deeh.. Kalo gak suka prefer gak berlama-lama di lingkungan yang menurutku gak kondusif.