“Kondangan”
adalah satu kata yang mungkin kamu pikir nggak ada di dalam kamus bahasa
Indonesia. Coba cek Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, “Kondangan” itu kata
baku apa enggak.
Sebenarnya
kata tersebut amat akrab di telinga kita. Menurut saya mungkin dari kata “Ke –
Undangan”, nah biar cepat bicaranya, jadilah “Kondangan”. Padanan kata yang kerap
menyamainya adalah hajatan, walimahan, nikahan, khitanan, dan sebagainya.
Lokasi
berlangsungnya kondangan bisa disesuaikan dari kemampuan si punya hajat,
misalnya saja di rumah, gedung, hotel, restoran, kebun, dan lain –lain. Hal ini
tentu akan membuat si tamu undangan menikmati suasana yang berbeda dan tetap
nyaman.
Baca Juga: Welcome Juli Ada Berita Apa?
Pada
setiap acara kondangan, identik dengan yang namanya
pilihan makanan. Sebab
biasanya akan tersaji beragam hidangan yang menggugah selera. Dari yang namanya
makanan utama, makanan pembuka, makanan penutup. Belum lagi kalau ada yang
namanya “gubukan”, wah ini akan menjadi incaran karena biasanya hidangan yang
tersaji menyenangkan seperti kambing guling, bakso, somay, es campur, puding, cream
soup, dan seterusnya. Begitu pun dengan sajian minumannya akan membuat kita
yang mencicipinya penuh warna, Cieea..
Tapi yah seenak – enaknya kondangan, nggak mesti juga sih ada kejadian seperti ini :
Makanan banyak kebuang
Ada saja yang mengambil makanan banyak, tapi sayangnya tidak dihabiskan. Padahal kan bisa dikira – kira ambilnya, jangan sampai silap mata (eit ini bukan ipin upin yak yang lagi main sulap, hehe).
Baca Juga: Kok Ribet Banget Sih?
Tanpa Diundang
Datang tanpa diundang juga jangan, nggak keren deh. Kan nggak etis dong, nggak kenal siapapun di sana, tiba – tiba..
“Hai…aku datang! Coba deh buat disambit, yah 😁”
Bawa Serombongan
Ini mungkin mirip dengan sub-bab di atas. Hanya ini bedanya adalah jumlahnya. Maksudnya begini, ketika kita terima undangan hajatan, biasanya akan tertulis,
contoh -> “Kepada Yth, Bapak/Ibu/Saudara/i Fulan” kalau ditelaah maka yang bisa hadir adalah hanya orang yang bernama si Fulan saja. Jangan serombongan pula si Fulan bawa, dengan pakai satu bus, hix.
Kecuali bila tertulisnya,
Contoh -> “Kepada Yth, Bapak/Ibu/Saudara/i Keluarga Fulan”,
maka si Fulan bisa bawa keluarganya ke kondangan.
Dari sisi sebagai tamu, maka kita perlu
untuk memperhatikan dan memaklumi keadaan tersebut, agar makanan yang dimakan
menjadi halalan toyyiban. Sedangkan dari pengundang, bisa diteliti juga
misalnya tamu yang diundangnya itu sekiranya bisa datang sendiri atau punya
keluarga yang terbilang kenal dan akrab maka tak masalah jika menambahkan kata “Keluarga
Fulan” di undangan agar si Fulan bisa nyaman untuk datang.
Bebawaan untuk Si Pengundang
Karena Anda telah datang, masa iya nggak bawa sesuatu misalnya kado atau amplop. Kadonya bisa beraneka ragam yang penting bermanfaat. Sedangkan buat amplopnya diisi uang yah. Kan sudah menikmati segala santap kuliner, masa’ iya tega gitu membiarkan amplopnya kosong. Kamu kan lagi di negara Indonesia, bukan di negara api menyerang lalu transit di Konoha, (apa pula dah, hihi).
Baca Juga: Sebuah Kisah tentang Gitar
Bungkus Yak!
Ini pun sebenarnya agak gimana yah.
Aneh bin menggelikan sih. Acara hajatan kan biasanya sudah diperhitungkan
berapa jumlah tamu yang diundang berikut juga dengan kapasitas hidangan yang
disajikan. Nah, acara yang belum selesai, tiba – tiba ada salah satu tamu undangan
yang bawa plastik lalu berbungkus tisu berwarna putih (malah bawa wadah kek
macem Tupperware) terus masukin makanannya dengan cara mengendap-endap.
Bagaimana jika tamu lain dari si yang punya hajat datang, dan tidak kebagian
makanan? Kasihan kan. Memang kamu mau kasih voucher makan gretong buat yang nggak
kebagian, eh, hehe.
Jadi bisa disimpulkan nih, dengan #SemangatCiee kita bisa menjadi tamu undangan yang elegan nan rupawan. Sehingga membuat kondangan yang kita hadiri bermanfaat tidak hanya untuk si punya hajat, tapi juga bagi semua orang. Pastinya buat diri sendiri juga bermanfaat, karena apa yang kita makan nantinya akan menjadi darah, dan darah ini akan melekat pada tubuh lalu kemudian dihisab di hari Pembalasan, kek mana coba kamu bakal sembunyi, hemmm. Cuss, jadi pengundang dan khususnya tamu undangan yang keren dan mengesankan, yoyoi kan?
63 komentar
Terus ada juga yang datang bawa beras, tempe, mie, dan lainnya. nah, nanti keranjangnya diisi makanan lagi.
Tapi memang mengherankan ada orang datang ke kondangan orang padahal tidak diundang bahkan tidak kenal. Dulu ada yang isi 1000 perak, lalu makan sepuasnya hehehe.
Kesannya kok kayak serakah amat gitu. Mau makan segalanya tapi gak dipikir kapasitas perutnya.
Jadi memang shobibul hajat ini kudu siap dengan semuanya yang serba lebih.
Kalo kita mencari padanan katanya: resepsi atau perjamuan pasti ada
hehhehe tapi emang lebih familier kondangan sih ya?
Jadi di Masjid Al-Akbar Surabaya ini kan ada 2 hall. Kalau kurang teliti melihat hall apa, dijamin bisa-bisa kesasar. Dan aku pernah ngalamin. Pas di pelaminan, bingung.
Ini siapa?
Aku dimana?
Ya Allah..
Tapi kan uda kadung basah ya.. Jadi lanjut aja wes.. Lanjut salam-salaman maksudnya.
Udahannya, kita pindah ke hall yang satunya. Dan beneeerr..
Gak rejeki banget, uda masukin 2 amplop, jadinya.
Wkwkkw~ ((perhitungan))
Banyak tuh yang aku lihat makan bergunung,diabisin tidak.Sayang banget'kan,lapar mata.
Btw, ngomong ngomong ttg bungkus ya!! di daerahku, di baso Kab Agam, Sumatera Barat. Bagi yang datang kondangan bawaannya beras dan telur, di keranjang atau piring nya memang sering diisikn bungkusan dengan makanan yang dihidangkan. Sampe skrg sih aku blm tau maksudnya apa, entah meminimalisir kejadian di bungkus yaa atau ada makna lainnya.
Blom lagi ada aja yg kurang berattitude, baiknya hargai pengundang dengan tdk bersikap/berkata yg aneh2
Nggak papa sih soalnya niatnya kondangan bukan makan. Tapi kayaknya ngitungnya nggap pas banget EO nya jumlah undangan dan makanan
Padahal fungsinya dibuat prasmanan tuh biar nggak sampe ada makanan yang kebuang.
Kalo udah ambil, ternyata rasanya nggak enak atau nggak sesuai selera, ya harusnya tetep dihabiskan sih demi menjaga perasaan tuan rumah, dan itung2 menghormati tuan rumah ya kan..
Nah, yang punya hajat harus tetap menghitung. Membuat perkiraan kira-kira berapa orang yang akan datang. Jadi gak kaget kalau yang datang ternyata banyak.
Semoga kita semua gak punya kebiasaan buruk yang bisa jadi bikin gak nyaman orang lain atau si pemilik hajat.
Saya kalau undangan dan tertulis hanya nama saya, saya konfirm ke yang undang ini hanya saya saja ya, ga perlu sama istri. Kalau tuan rumah bilang itu buat sama.istri baru bawa istri.
Karena suka sedih kalau liat makanan di piring yang uda tergeletak di bak atau di bawah meja.
Ya Allah..
semoga sih orang-orang yang masih sering lakuin hal-hal 'ajaib' seperti itu bisa cepat menyadari kalau mereka keliru.