Bencana alam dapat terjadi kapan saja. Siapa pun bisa menjadi korbannya, baik itu lansia, dewasa, remaja, anak-anak, bahkan juga penyandang disabilitas dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta). Pasalnya, bencana tidak mengenal waktu, usia, dan tempat.
Bersumber dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dari
semenjak awal tahun 2022 hingga bulan November 2022 setidaknya, telah terjadi
tiga ribu lebih peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia. Belum lama ini
terjadi gempa di Cianjur dengan korban meninggal dunia 327 orang, dan total
pengungsi 108.720 (sumber: BPNB, 29/11/2022). Dengan pusat gempa berada di
Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Kejadian gempa di Cianjur menjadi pengingat kita akan pentingnya
memahami bagaimana persiapan menghadapinya, karena datangnya bencana tak terukur.
Oleh karena itu Berita KBR bersama NLR Indonesia mengadakan talkshow Ruang
Publik KBR dengan tema: Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan
Penyandang Disabilitas di channel Youtube Berita KBR, Selasa 29 November 2022
lalu, yang menghadirkan Pak Papang dan Pak Bejo selaku narasumber.
Menurut Bapak Drs. Pangarso Suryotomo Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB atau yang akrab disapa Pak Papang, bukan permasalahan banyaknya bencana, tetapi bagaimana mengusahakan agar korbannya tidak banyak yang meninggal.
“Kita ajak masyarakat untuk paham lebih dulu wilayah kita itu ada risiko apa sih. Memang yang paling besar itu adalah gempa.” Lanjut Pak Papang.
Bila kita flashback, kejadian gempa di Bantul pada tahun 2006 Pak Bejo Riyanto selaku Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana, merasakan kejadian gempa di Bantul tersebut.
“Lokasi saya 1kilometer dari pusat gempa. Hampir semua rumah di
daerah saya hancur. Terkait pengetahuan tentang mitigasi bencana, kami tidak
tahu. Sebab yang terpenting menyelamatkan diri, karena panik.” Ungkap Pak Bejo dalam
kesempatan yang sama.
Lantas bagaimana mitigasi bencana baik untuk disabilitas, OYPMK, maupun non disabilitas?
Dari Segi Pemerintah
Pak Papang menerangkan, bahwa cara penyelamatan baik non disabilitas dan disabilitas adalah sama. Pada tahun 2014, Kepala BNPB (saat itu) Bapak Syamsul Maarif telah mengeluarkan Perka BNPB (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana) No.14/2014 tentang Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana, pada 16 Oktober 2014. Intinya ada tiga hal yaitu: Pertolongan, Partisipasi, dan Perlindungan.
“Ada satu wadah, kami mengamanatkan agar di setiap wilayah daerah bagaimana terbentuknya satu unit layanan untuk teman disabilitas dalam penanganan bencana.” Terang Pak Papang.
Edukasi dan sosialisasi terhadap relawan sehingga stigma
terhadap OYPMK tidak terjadi ketika penanggulangan bencana. Selain itu, terbukanya
kesempatan kepada teman-teman disabilitas dalam berpartisipasi untuk memberikan
semangat dan kekuatan mental. Serta BNPB juga telah bekerjasama dengan Kemendikbud
ada materi tentang penanganan bencana melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana
(SPAB).
Dari Sisi Masyarakat
Kita bisa menggali informasi tanggap bencana, sehingga memiliki
pengetahuannya. Selain itu dapat pula mengunduh aplikasi Inarisk Personal,
yaitu aplikasi tanggap bencana untuk cek posisi kita berada itu ada risiko bencana
atau tidaknya.
Khusus untuk disabilitas dan OYPMK, dapat pula menambah wawasan mitigasi bencana melalui komunitas atau organisasi, dan juga mendapatkannya dari relawan BNPB. Tak lupa untuk memahami dan update berapa jumlah disabilitas dan OYPMK, sehingga bisa ketika terjadi bencana dapat cepat tanggap.
“Bencana itu terjadi dikala kita tidak siap. Artinya, kita harus siap setiap saat. Dalam penanganan bencana kita tidak membedakan, semua punya hak yang sama.” Tutup Pak Papang.
Dari talkshow Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia ini, semua
pihak berperan aktif dalam mitigasi risiko bencana. Hal tersebut agar dapat
meminimalisir korban meninggal dan ketidakmampuan (difabel). Oleh karenanya kita
semua dapat saling bekerjasama dan tingkatkan wawasan penanganan bencana.
43 komentar
Karena sering terkena gempa, masyarakat Jepang selalu melakukan stimulasi gempa
lha kita malah cuek aja
Belakangan ini banyak bencana alam yaa
Semua kudu siap
Senang ada talkshow KBR dan NLR yang mengedukasi semua bagaimana tanggap bencana terutama untuk membantu kaum disabilitas.
Aku pernah ikutan webinar mengenai alat untuk mengetahui bencana lebih awal. Karena tanda-tanda bencana ini bisa terbaca dari aktivitas alam di sekitarnya.
Semoga dengan edukasi dan meningkatkan awareness masyarakat mengenai pentingnya mitigasi resiko bencana, sehingga dampaknya bisa diminimalisir sesedikit mungkin.
Oleh karena itu, akan lebih baik kalau kita selalu siap sedia. Termasuk urusan menyediakan unit sebagai teman bagi penyandang disabilitas. Biar mereka merasa aman dan tentram. Meski kondisi mungkin nggak begitu.
Selama ini terkesan pemerintah terlalu slow dalam masalah mitigasi bencana. Padahal indonesia termasuk negara rawan bencana alam.
Semoga kita semua terhindar dari segala mara bahaya....
meskipun ada prediksi tapi tetap aja bisa meleset :(
penanganan bencana yang berpihak pada disabilitas dan penyandang kusta harus diperhatikan
karena penanganan kepada mereka tidak bisa disamakan dengan masyarakat biasa
semoga sosialisasi ini bisa menyasar hingga tingkat bawah seperti kelurahan dan RT
Supaya siap klo terjadi bencana alam.
Karena memang cuaca lagi sering buruk.
Kalau skrng kyknya org2 kantoran apalagi di gedung tinggi udah bbrp kali mengadakan simulasi yaa
Beberapa waktu terakhir ini bencana datang silih berganti
Kemampuan mitigasi bencana sangat perlu dilakukan ya