Kamu pernah mengikuti tes?
Ya, pernahlah. Ada tes ulangan harian di
sekolah, UTS, UN, SBMPTN, tes psikotes, tes kejujuran, tes..tes... satu, dua,
ti.. Cieea kayak lagi megang mik buat
persiapan jumatan.
Intinya, apapun jenis tes pasti pernah
dilalui oleh setiap manusia. Begitu pun halnya dengan pengalaman saya ini, yang
sekitar di bulan Juli, 4 tahun
lalu, mengikuti tes masuk ke salah satu instansi. Di
jadwalkan tes akan dimulai pada pukul 9 pagi. Saya tiba di lokasi, sepuluh
menit menjelang waktu yang ditentukan. Setelah bertanya dengan seseorang yang
melintas di lokasi, dimana ruangan tes, saya pun di arahkan ke tempat itu.
Sudah ada banyak pelamar di sana, yang mana tinggal beberapa saja
kursi yang masih kosong. Saya memilih duduk di
kursi paling depan. Usai duduk di kursi yang tidak empuk (maklum memang bukan
sofa, hehe), saya diberi daftar hadir
oleh salah seorang pelamar.
“Mba, isi absen dulu,” ujar perempuan
berkacamata dan mengenakan kerudung abu – abu.
“Makasih, Mba.” Jawab saya.
Di daftar itu, hanya mengisi nama, nomor
ponsel, dan tanda tangan. Udah selesai isi absen, saya kembalikan lagi daftar
itu kepadanya. Baru sejenak berleha – leha, dia pun menegur saya lagi. Saya pun
menoleh kepadanya.
“Mba, isi absennya dua kali.” Katanya.
“Oh gitu,” saya terima lagi daftar tersebut
dan memeriksa dokumennya. Ternyata memang ada dua lembar. “Wah tanda tangannya dua kali,
bisa buat dapat amplop nih satu lagi,” cekikikan saya dalam hati 🤣.
Usai mengembalikan
daftar absen itu padanya, tak berapa lama kemudian saya baru menyadari satu hal,
kok di meja masing – masing pelamar pada dikasih boks kue, saya kok enggak? #SemangatCiee, jadilah orang yang
bersabar, boks kue akan didapatkan. Eits.., apa coba niatnya datang ke sini?
Mau dapat boks kue apa ikut tes 😁..
Kemudian, datanglah
seorang pelamar lagi. Beliau seorang wanita, yang mengenakan pashmina kuning.
Lagi celingak sana – sini nyari kursi, beliau memilih duduk di sebelah saya
sambil mengembangkan senyum perkenalannya. Saya pun bergeser ke dekat dinding
dan membalas perkenalan melalui senyum pula.
[Baca Juga: Seberapa Asiknya Menulis di Blog]
Selanjutnya pihak
panitia penyelenggara tes ini, masuk ke ruangan sambil membawa banyak dokumen
dan ini dia… kesabaran membuahkan hasil, saya dan berapa orang akhirnya dapat
boks kue… (please yah kamu sekalian
jangan ikuti hal ini, hehe..🤣🤣)
Okelah, lanjut lagi ceritanya. Tim panitia
kemudian memberikan masing – masing per meja berupa lembar jawaban dan soal beserta
profil pelamar yang harus diisi. Semua pelamar, termasuk saya mulai sibuk
mengerjakan.
Ditengah asyiknya saya
mengerjakan, kok merasa ada yang aneh yah di sebelah saya. Awalnya saya
abaikan, tapi bagian sudut mata menangkap hal ganjil itu lagi. Sebelah saya itu
ternyata nyontek melalui ponselnya … Haddehh😑.
Mau tegur nanti dibilang sotoy. Nggak ditegur, merasa bersalah juga.
Saya berpikir positif saja, Allah kan nggak tidur dengan memuluskan jalan yang
tidak benar. Perempuan itu yah nyontek saja, tanpa merasa gelisah, gundah
gulana ataupun risih karena saya memerhatikannya, hingga waktu tes pun
berakhir.
Tiga hari kemudian, saya pun dapat informasi
dari tim panitia, bahwa diminta datang untuk tes selanjutnya. Alhamdulillah, saya pun kembali lagi ke
instansi tersebut, dan tak dinyana seseorang yang duduk di sebelah saya itu
tidak ada di tes tahap kedua ini. Meski saya pun juga tidak lulus ditahap
selanjutnya.
[Baca Juga: Alasan Menulis di Blog FenniBungsu]
Nah udah ketahuan kan,
apa
sih gunanya nyontek? “Membohongi diri sendiri”, itu kata almarhumah Mama saya.
“Percuma nilai tinggi, tapi dari hasil
yang salah. Lebih baik dari hasil yang jujur, karena tidak akan membawa
masalah”. Kalimat tersebut selalu terngiang oleh saya, dan semoga bisa
membawa dampak positif buat pembaca sekalian yah.
Baca Juga: Kok Ribet Sih? Repot, Tauuk!
Jadi, sedang menghadapi tes apapun, jangan
usaha untuk menyontek, lebih baik usaha untuk berharap dapat boks kue, syukur –
syukur plus makan siang😁, Cieea ini
juga jangan, nggak semua instansi nyiapin boks kue pas tes, hehe ^•^ #SemangatCiee untuk jujur.
36 komentar
Iya sih dia dapat ranking tiga besar terus
Tapi pas sbmptn dia g lulus dong, alhasil kuliah swasta
Dulu, aq pernah ya nilai matematika paling tinggi di kelas. Guru bingung (karena biasanya nilaiku batas normal kebawah) wkwkwkwk.
Padahal aku gak nyontek sama sekali.
Malah teman yg saat itu nyontek ke aku, nilainya dibawah aku.
Tapi waktu tes kedua, terbukti aku nilainya masih bagus. Dan temanku yg nyontek itu nilainya jauh dibawahku (krn saat itu kami diposah duduknya)
*eehhh jadi curcol
Tapi itulah walaupun nilai kecil hasil jeri payah,tapi nanti belajar dri kesalahan dan lebih giat belajar..
Dan aku lemahnya di ilmu sosial alias hapalan.
Jadi kerjasama sama temen yang pinter banget hapalannya. Nanti giliran itung-itungan, bagianku.
Hehhee...
Biasanya kalau ada acara di desa kadang ada acara bagi-bagi amplop di akhir acara dan harus ttd 2 kali.
Saya setuju dengan konsep nyontek membohongi diri sendiri, karena tujuan diadakannya test kan memang untuk mengukur seberapa kita paham akan sesuatu. Tapi, budaya nilai ujian yang mutlak menjadi penilaian di Indonesia sejak dulu yang menjadi budaya nyontek kian mengakar.
dan mereka sendiri juga aneh, duduknya ga tenang
isi kepalanya kosong song...song ...song
hehehe....
saya paling sebel dicontek, apalagi kalo hasilnya dia lolos saya enggak
Dulu pas sekolah SMA pernah sih nyontek rame-rame di kelas, tapi habis itu nyesel.
Btw, selamat ya sudah berhasil lulus test. Semoga dapat pekerjaan baru yang barokah...
Eh tapi kok pas tes boleh ada handphone di meja ya? biasanya kan meja kursi mesti steril tuh
Kalau gak lulus tuh nyesek banget siih.. Dan usahanya dari nyontek, rasanya leboh down karena kayak uda usaha maksimal buat nyontek tapi hasilnya gak ada.
HUhuhu.. Semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan dengan proses bukan hasil.