Fenni Bungsu (Fiksi Otomotif)
Di depan sebuah meja hampa dari benda apapun, mengalir kembali lanjutan potongan cerita fiksi itu. Dia, Achi, yang belum berhenti memikirkan Ragil, padahal mereka sudah putus cinta sekian lama.
Ups, kamu yang mengikuti blog saya pasti tahu deh tentang sosok Achi dan Ragil di sini, hehe. Kalau belum bisa mampir nih momen Achi yang patah hati, dan saat Achi ingin move on). Namun tatkala melihat tunggangan besi dua ban, Achi selalu saja terkenang dengan sosok cinta pertamanya itu.
“Dulu gue sering banget di antar jemput izin bermotor sama Ragil, Fen, karena dia udah punya SIM. Mau itu berangkat sekolah, nemenin ke tempat les, bahkan berbelanja,”
“Ya..ya, hal itu udah sering lo ungkapkan. Cuma yang jadi pertanyaan gue adalah kenapa sih lo masih belum move on sama Ragil, apalagi kalau tiap kali melihat motor?”
[Baca Juga: Menasihati Seorang Pemuda]
“Justru karena motor lah, hati ini tertambat padanya. Lo bayangkan aja, Fen, dia itu apik banget merawat motornya. Tahu kapan harus ganti oli, rem yang sudah nggak nyaman, rantai pada motor yang akan lepas, dan sebagainya. Dia pernah bilang ke gue, Fen,
‘ketika dalam berkendaraan, seseorang sebenarnya sedang mempertaruhkan hidupnya. Oleh karena itu pastikan bahwa kendaraan yang dibawa dalam kondisi aman sehingga selamat dalam perjalanan’. Makanya gue jatuh hati sama Ragil’.
Aku menanggapi sekenanya. “Ya memang, kalau dari benda yang dia miliki begitu sayangnya dirawat, maka memungkinkan dia juga peduli dengan orang yang dia sayangi,”
“Memang sih motor yang dia bawa bukan motor terbaru atau tercepat di dunia. Tapi, yah, kok cuma mungkin doang Fen,” Achi terlihat kurang puas dengan tanggapanku. Wajahnya tetap cemberut.
“Terus lo maunya gimana? Lagi pula kan Ragil sudah dengan yang lain. Lebih baik lo move on dari mantan lo si Ragil itu, lalu cari yang lain,”
[Baca Juga: Blogger Itu Apa?]
“Akankah gue bisa menemukan lagi?” Achi menggeleng keras. Raut wajahnya makin tampak rasa gundah.
“Ya harus bisa, mengapa tidak,”
(Mungkin cerita fiksi otomotif ini akan bersambung, tergantung saya kapan bakal menyambung kisahnya hahaha🤣)
41 komentar
saya jarang banget dapat ide, dan kalo dapet langsung ditulis agar gak kabur :D
Motor aja disayang apalagi orang ya.
Tapi kalau sudah putus ya putus aja, jangan selalu dikenang. siapa tahu sudah punya 'motor' baru.
Ayoooo semangat buat diterbitkan yoooooo
ayoo Kak Fen, lanjutin lagi dong ceritanya :D
Karakter setia seseorang memang bisa dilihat dia memperlakukan barang-barang yang di sekitarnya. Itu yang paling mudah..
Dan Ragil, bisa jadi adalah tambatan hati Achi yang belum terpisahkan...
Tak apa,
Nikmati prosesnya yaa, Achi.
Semoga bertemu dengan "Ragil" kembali, meski harus melewati dimensi kini.
Sekarang juga merambah menulis fiksi
bagus mbak ceritanya
Kadang hidup bersama orang yang dari awal berjuang sama-sama jauh lebih layak dipertahankan yaa Kak.
Masih belajar menulis dg baik meski masih di blog gado gado hehe
“Akankah gue bisa menemukan lagi?” Achi menggeleng keras. Raut wajahnya makin tampak rasa gundah.
“Ya harus bisa, mengapa tidak,”
Suka sama bagian ini. Harus semangat ya. Apalagi tahun akan berganti. Jadi harus lebih baik lagi
Btw udh lama ga baca fiksi yang singkat gini