Pada suatu hari...
Muncullah sesembak yang merupakan tetangga dekat rumahku. Ia melihatku dengan tatapan tak mengerti.
Aku yang berdiri di dekat pintu pagar sambil memegang ponsel yang ada dalam genggaman, mengamati sesembak itu seperti menyimpan sesuatu yang hendak diucapkan, karena ia berulang kali melihat ke arahku. Dari situlah, aku berinisiatif untuk menyapanya lebih dulu, karena juga mengingat usia dia lebih tua 5 tahun dariku.
“Mbak!” sapaku sambil menyunggingkan senyum.
“Mau berangkat kerja?” tanya sesembak yang mengenakan daster merah jambu itu kepadaku.
“Iya,”
“Sekarang kerja di mana?” tanyanya lagi.
“Jadi blogger,”
“Kerja sebagai blogger itu memang apa ya?” Tatapannya yang menyelidik, sedikit mengganggu konsentrasi ku untuk memberikan tanggapan.
“Blogger artinya seseorang yang memiliki blog. Ketika dia sebagai profesional blogger, maka datang ke lokasi untuk liputan, lalu buat reportasenya di blog atau bisa juga di media sosial,”
“Oo.. wartawan ya?” wajahnya menyiratkan rasa tidak tahu.
“Mirip seperti itu. Hanya saja kalau wartawan bisa dengan media cetak, televisi, radio maupun website. Sedangkan blogger medianya adalah blog,” ujar ku menerangkan dengan kalimat yang memudahkan dirinya untuk mengerti.
Sesembak itu masih menatapku dengan siratan wajah makin ingin tahu. “Terus ada gaji?”
“Memang bukan seperti gaji yang tiap bulan nominalnya pasti sama. Adakalanya memang kurang dari gaji bulanan, tapi bisa pula melebihi dari perkiraan,”
Sorot matanya berubah. “Jadi blogger, dapat asuransi gak? Jaman sekarang gitu, kalau sakit gak punya asuransi bayarnya kan mahal...”
“Bisa tetap ikut asuransi dengan bayar preminya pribadi,”
“Yah, nggak asik dong. Padahal tuh ya enaknya dibayarin sama kantor,”
“Tetap asik juga kok, hanya beda siapa yang bayarnya kan, tetapi yang penting punya asuransi,”
“Terus kalau jadi blogger apa bisa ke luar kota? Kalau jadi pegawai kantoran kan bisa tuh karena ada diklat misalnya, yang biasanya sekali setahun.” Nadanya terdengar nyinyir yang kurasakan.
[Baca Juga Cerita Fiksi Lainnya]:
“Jadi blogger malah bisa kok jalan-jalan terus ke luar kota. Malah bisa lebih dari sekali setahun.” Jawabku dengan bahagia.
“Yang bener nih?”
“Jangankan ke luar kota, nginep di hotel aja alias stay cation pun bisa, nggak perlu menunggu karena ada diklat,”
“Ng..”
“Aku berangkat dulu ya mbak.” Kataku, sekaligus mengakhiri percakapan yang baru berujung ketika ojek online yang ku pesan tiba. Meski tampak di wajah sesembak itu ia ingin ngobrol lebih banyak lagi denganku.
42 komentar
Dan pandangan orang tentang profesi blog, masih belum umum ya Mbak. Suka dibanding-bandingkan fasilitas yang dapat sama profesi lain. Padahal sing penting seneng jalaninnya ya, sesuai deadline dan target gitu hehe
"blogger tuh kan kumpulan orang begajulan yang bertatto?"
Hah?
Spechless ...... antara ngakak, marah dan sedih dengan literasinya
Jadi blogger itu sejenis apa dong? Lagi mencari inspirasi kira-kira kata penggantinya. Yang singkat jelas dan gak perlu waktu untuk menjelaskan dari Sabang sampai Merauke. Cuma yang pasti sesuai dengan uraian di atas.
Semedi dulu.
Tp paling kesel kalau misalnya ada kenalan kepoh nanya2 detail tapi kyknya gmn gtu dahlah jawab aja kerjaan jd penulis wkkwk
bisa ketemu pejabat sekelas menteri dan direktur BUMN
bisa tambah pinter dan tambah duit :D :D
nggak hanya menghasilkan cuan, tapi juga punya banyak kesempatan bertemu banyak orang
Itu lho cuma mainan hp dapet duit. Haha
Emang waktu itu aku mulai blogging dari HP, dan nenekku suka nanya jadi aku cerita kalau lagi kerja, soalnya klo dibilang ngeblog tar gak tau lagi makin panjang penjelasannya, dan belum ngerti juga namanya orang udah sepuh. Akhirnya di kampung berdarlah berita itu, aku nyari uangnya gampang cuma pencet-pencet hp dapet duit. Haha
Aku ketawa aja deh, mau nanggepin juga bingung.
Saya pun begitu, Mbak. Makanya sesekali saya jelaskan kepada mereka. Biar tidak dilihatin pas habis belanja ini itu sambil berbisik, "Di rumah terus kok belanja-belanja? uangnya darimana? hahaha.
tahunya kerjaanku ya nulis aja gitu
Aku suka sama penyajiannya. Aku jadi membayangkan tetangga netijen julid yang selalu kepoers. But, gak apa-apa, ada kak Fenni yang sudah menyiapkan jawaban bijak melalui cerita fiksi begini.
Ini relate banget sama para freelance yang menyandang status blogger.
Semoga rejeki semakin berlimpah dan penuh berkah. Bekerja halal dan memberikan manfaat melalui literasi hingga akhir hayat.
Ah sudahlah... Hehehehe....
Saya pun juga beberapa kali merasakan momen seperti cerita di atas.