Eh.. eh, aku tahu berita ini loh dari influencer Bungsu, kemarin lihat thread-nya di Twitter.
Ya ampun ada racun baru yang lagi hits dari Influencer Fenni. Gue jadi teracuni banget buat beli produknya, gara-gara jadi follower tiktok-nya.
Hayo, siapa kelakuannya seperti potongan kalimat di atas? Saya pernah juga sih merasakan, haha. Istilahnya teracuni itu sama dengan terpengaruh, karena melihat postingan dari influencer yang diikuti di media sosial.
Saat itu memang saya pas butuh juga dengan produk yang ditawarkan. Jadilah ingin tahu lebih lanjut tentang produknya melalui ulasan dari si influencer tersebut, tujuannya biar makin mantap untuk membeli. Ini baru saya yang terpengaruh, bagaimana dengan yang lain, dimana data per Juni 2021 jumlah penduduk Indonesia ada 272 juta lebih (sumber: dukcapil.kemendagri.go.id), hemmm.
Maka dari itu, di era pandemi ini sangat memungkinkan makin banyak lagi yang terpengaruh dari media sosial. Kondisi yang belum kondusif untuk melakukan kegiatan secara tatap muka, menjadikan seseorang akan berlama-lama melihat gadgetnya guna mencari berita, entertainment, dan informasi lainnya. Scroll dan stalking adalah kegiatan yang tak akan membuat kita jemu selama pandemi ini.
Kuy, Kenalan Tentang Influencer
Di awal pembahasan sudah disinggung tentang influencer. Maka kamu pasti familiar sosial media beberapa diantaranya seperti Instagram, Tiktok, Twitter, Facebook, YouTube, dan Blog.
Influencer merupakan seseorang yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap orang lain, dengan menggunakan media sosial maupun blog sebagai lahannya. Di media sosial, biasanya terdapat following (akun mana saja yang diikuti si influencer) dan follower/subscriber (pengikut).
Bagaimana Caranya untuk Menjadi Influencer?
Semakin banyak follower seorang Influencer, maka peluangnya untuk mempengaruhi juga besar. Hal tersebut akan berpengaruh juga kepada kesempatannya untuk meraih pundi-pundi atau bekerjasama dengan brand. Sebagaimana informasi yang saya kutip dari Databoks, bahwa penggunaan jasa influencer setiap tahunnya meningkat. Sehingga wajarlah bila banyak yang tertarik untuk melakoni tugas tersebut.
Dari situlah dalam mempromosikan sebuah produk, kita sebagai influencer yang baik, hendaklah:
- Bukan produk yang melanggar kesusilaan maupun yang dilarang oleh ketentuan hukum negara.
- Tidak menyudutkan maupun berkata/menuliskan kata-kata kasar dalam penyampaian.
- Detail dalam menjelaskan sebuah produknya misal kandungannya, kemasannya, dan manfaatnya.
- Sampaikan kelebihan sebuah produk dengan tidak berlebihan, jangan seperti contoh ini: Ya ampun ini produk sumpah gila, bikin gue jadi kinclong luar biasa. Sebaliknya bila ada kekurangan, maka terangkanlah dengan cara yang santun atau bisa dibahas lebih lanjut dengan klien sesuai kesepakatan.
- Jaga hubungan baik dengan klien/brand, sehingga kesempatan untuk memperpanjang kerjasama akan terus berkelanjutan.
- Bila ada kutipan kalimat maupun gambar yang hendak dipublikasikan di postingan kita, maka tuliskan dari mana saja sumbernya.
- Bertahap dan sabar, artinya untuk menjadi Influencer tidak instan layaknya kamu mengganti baju, seketika berubah demikian cepat. Ikuti prosesnya karena biasanya akan ada trial and error, sehingga jadi makin memahami.
Dengan perlahan-lahan tahapan seseorang menjadi Influencer, menurut saya dapat bertahan lebih lama, dan ini mengasyikkan untuk followernya. Hal tersebut karena, si follower mengikuti perkembangan Influencer yang diikutinya, malah jadi lebih akrab dan paham. Jadi akan selalu dinanti-nantikan kapan postingan terbarunya akan tayang.
Ini Tips Meningkatkan Reach Postingan
Ketika kamu sudah memutuskan untuk menjadi seorang influencer, sangat penting untuk memerhatikan konten yang akan maupun setelah diposting. Tujuannya, agar konten yang telah dipublikasikan dapat sampai ke masyarakat. Maka dari dengan memantau dan menganalisa reach postingan, bisa dilakukan melalui teknik sebagai berikut:
- Pahami audiens pengikutmu, agar konten disesuaikan dengan usia. Jadi jangan sampai salah sasaran, harusnya untuk Gen Z, tetapi malah tampilan konten malah menjadi untuk generasi X.
- Waktu postingan yang terjadwal. Publikasikan konten di jam sibuknya para follower sedang melihat ponsel. Misalnya jam yang ramai adalah pukul 5 sore, maka konsistenlah memublikasikan konten pada waktu tersebut.
- Foto produk natural dan jelas. Tidak blur dalam pengambilan gambar, begitu juga perhatikan cahayanya. Bila ingin di edit agar lebih cerah, usahakan untuk tidak berlebihan.
- Fokus dan konsisten dengan bidang (niche) konten, agar mudah dikenali dan memiliki personal branding yang kuat.
Pemantauan reach dan hits pada media sosial, bisa diperhatikan pada bagian insight tiap-tiap postingan, dengan catatan bahwa akun sudah menjadi bisnis atau kreator. Sedangkan untuk postingan yang dipublikasikan di media blog, maka bisa dipantau menggunakan tools google analitik.
Betahnya Generasi Muda Menatap Media Sosial, karena…
Betahnya kita menatap media sosial maupun membaca blog, meskipun tidak beli barangnya, ada kok yang seperti ini, salah satunya adalah saya sendiri, hehe. Di saat seperti itu adalah sedang galaunya mau beli yang mana. Secara menurut Influencer A adalah kurang cocok, sedangkan menurut yang B bagus.
[Baca Juga: Top 5 Serial TV Favorit Tahun 90an - 2000an]
Faktor yang menyebabkan kita menjadi betah berlama-lama stalking si influencer dikarenakan:
- Masa pandemi yang nyaris dua tahun ini mengharuskan kita diam di rumah, sehingga untuk menghilangkan rasa jemu, jadilah browsing internet memantau si influencer.
- Cara penyampaian si Influencer yang asik, baik itu kualitas gambar, video maupun gaya penulisannya.
- Konten yang Up to date, terpercaya menyampaikan informasi, dan bukan hoax.
Berdasarkan data yang saya rangkum dari laman We Are Social - Hootsuite (per Januari 2021), bahwa banyak masyarakat Indonesia yang berlama-lama menggunakan internet selama 8 jam lebih, dengan lama waktu melihat media sosial yaitu 3 jam 14 menit. Cukup lama juga ya.
Nah, ada sekitar 170 juta penduduk negeri ini merupakan pengguna media sosial, dengan yang paling banyak dilihat adalah Whatsapp, Facebook, Instagram, Tiktok, dan Twitter. Sedangkan untuk Video streaming paling banyak dilihat adalah YouTube.
[Baca Juga: Inilah Tips Instagram Walking yang Aman]
Pada bagian rentang usianya didominasi generasi milenial (Y), dan generasi Z. Bisa dikatakan kedua generasi tersebut memang sama-sama melek teknologi. Smartphone adalah sahabat karibnya. Dari gelapnya pagi hari saat bangun tidur hingga jelang mau tidur, bisa dikatakan tak lepas dari gadget. Ini menjadi kans besar untuk influencer dalam menghasilkan karya yang kreatif dan out of the box.
Influencer Manfaatkan Media Sosial dan Dampaknya di Era Pandemi Ini
Pandemi memang belum berakhir, tetapi menghasilkan karya yang bermanfaat tidak bisa terhenti begitu saja. Pasalnya semua pekerjaan akan dilakukan secara daring terkait dengan kegiatan yang masih dibatasi, dengan kata lain promosi produk untuk sampai ke masyarakat luas akan cepat sampai melalui jaringan internet.
[Baca Juga: IDN Live Hadirkan Konten Live Streaming dengan Banyak Virtual Gift]
Belum lagi fitur share yang tersemat di tiap-tiap media sosial maupun blog, yang harus bijaksana untuk dimanfaatkan. Hal tersebut dapat diibaratkan seperti sedang berjalan di atas batu basah dengan derasnya sungai yang mengalir. Jika konten yang dipublikasikan si influencer adalah hal baik, lalu followersnya banyak yang menekan tombol share, maka image baik pun akan lekas diperolehnya. Namun sebaliknya bisa jatuh terpeleset, bila hal negatif yang dipublikasikan karena secepat kilat pula dia akan mendapat cap buruk.
Kuatnya pengaruh dari media sosial, sebisa mungkin gunakan dengan hati-hati. Dari situlah, influencer dapat memanfaatkan trik berikut agar menghasilkan konten yang bermanfaat di masa pandemi ini, yaitu:
- Buat konten yang mengingatkan akan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Atau bila produk adalah di luar dari niche kesehatan atau lifestyle, jangan lupa untuk selipkan pesan baik tersebut.
- Kolaborasi dengan teman-teman UMKM tidak hanya dapat mendukung untuk saling menguatkan mental lawan pandemi, tetapi juga memberikan makna penting dan teladan kepada siapa saja. Sehingga dengan sendirinya bisa menambah followers juga, kan?
- Kuatkan ciri khas dalam penyampaikan konten, dan up date informasi dengan akurat. Seperti dihadirkan oleh INDOZONE, yang dalam memberikan informasi cepat dan mengikuti perkembangan yang terjadi masa kini.
INDOZONE Itu Apa Sih?
INDOZONE merupakan portal media digital yang mulai diluncurkan pada tahun 2019. Media digital yang mulai berkembang dari akun instagram @indozone.id di tahun 2014 ini, menghadirkan berita-berita yang valid, terpercaya dan terkini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dimengerti, disesuaikan untuk pangsa pasar generasi muda, yaitu Milenial dan Gen Z.
Turut berperan kepada masyarakat dengan menghadirkan berita-berita yang akurat, media digital dengan tagline yang menjadi ciri khasnya #KAMUHARUSTAHU ini, sangat mudah diakses melalui gadget apapun dari berita nasional, gaya hidup, wisata, game, musik, bahkan lengkap dengan infografik dan videografik.
Untuk dapat memanfaatkan fitur di laman INDOZONE, kita bisa membuat akun terlebih dahulu. Apalagi ada kanal yang menarik di INDOZONE yaitu Fakta dan Mitos, karena memang masih beredarnya mitos yang ada di masyarakat, sehingga perlu untuk diluruskan melalui data yang akurat.
Seorang influencer memiliki peranan besar untuk “Meracuni” pengikutnya melalui media sosial. Tentunya baik kita di posisi sebagai follower maupun menjadi influencer, dapat bijaksana memanfaatkan teknologi yang berkembang ini.
Boleh kritis dalam berpikir maupun menyampaikan pendapat di media sosial, tetapi jangan sampai lalai hingga memancing ujaran kebencian. Apalagi hingga berbuat yang tidak santun “Demi Konten, Maka Harus Viral”. Pilah-pilih mana yang memberikan dampak positif kepada diri sendiri, terlebih kepada orang banyak, karena di tangan kita juga ada andil di dalamnya.
23 komentar
Yang paling saya suka kalimat dimana influencer boleh kritis dalam berpikir namun jangan sampai memancing ujaran kebencian yaa .. jadi harus bijak bermedia sosial. Karena sekarang bukan "Mulutmu harimaumu" namun "Jarimu boomerangmu"
Aku baru tahu media digital Indozone. Sepertinya menarik.
Sebagai orang yang pemula di dunia content creator aku merasa artikel mbak ini mencerahkan.
Aku catet satu2.
harus "dipaksa"agar bisa istiqomah membenahi sosmed
Tuh tokoh tahu gak ya bedanya berita hoax dan tidak?