Fiksi Semua Ada Waktunya
Kadang kala, manusia menyibukkan diri untuk rehat dari aktivitas harian. Itu dilakukan agar tidak timbul perasaan jemu alias bosan. Manfaatnya memang demikian besar, terlebih di masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang kembali diperpanjang hingga tanggal 9 Agustus 2021 mendatang.
Nah salah satu manfaat menyibukkan diri dengan hal yang disukai adalah tubuh tidak lagi terasa penat, otak seakan cemerlang, ide segar pun bisa dihasilkan, dan bahkan bisa meningkatkan daya tahan tubuh karena hati dan pikiran bahagia.
Hal itu pula terjadi dalam kisah fiksi berikut ini. Tokoh David, remaja yang duduk di bangku kelas 9 SMP (Sekolah Menengah Pertama), menghabiskan waktu di hari libur (Sabtu dan Minggu), dengan berdiam diri di rumah. Selain membersihkan dan merapikan rumah peninggalan orangtuanya, ia juga menyiapkan segala kebutuhan sekolah untuk dikenakannya di hari Senin, dan tak lupa belajar. Sebab di hari itu ia akan menghadapi tes harian yang justru lebih berat ketimbang PAS (Penilaian Akhir Semester) maupun PAT (Penilaian Akhir Tahun).
Matahari perlahan akan beranjak persis di atas kepala manusia. Sesaat lagi bayangan manusia pun menjadi satu. Letih dengan semua pekerjaan rumah, David berbaring di kasur lantai. Ia raih ponselnya, lalu memasang kabel jack earphone yang disambungkan ke ponselnya, kemudian kedua telinganya sudah tersumbat dengan dua kepala kabel itu. Hentakkan musik pun terdengar.
🎵 I spend my weekends,
tryna get you off My mind again,
but I cant make it stop Im tryna pretend Im good, but you can tell
Cause you know me too, you know me too well.. 🎵
"Hei, David!" bisik Setan.
Pemuda itu menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik. Mulutnya mengeluarkan suara yang disesuaikan dengan lagu yang didengarnya. Kedua tangan David juga digerak-gerakkan layaknya sedang menabuh drum.
"David!" teriak Setan.
Lagi-lagi remaja itu tidak menanggapi.
"Aneh, mengapa ia tidak mendengar panggilanku? Ada apa sih sebenarnya?" tanda tanya Setan. Ia melihat ke segala sisi tubuh David. "Kepalanya bergerak tak menentu, seperti sedang mendengarkan musik."
Penasaran, Setan mendekatkan diri kepada David. Seketika ia melompat. Ia baru menyadari, bahwa dirinya mendekat ke bagian telinga David, menyebabkan ia terkejut mendengar suara musik yang sangat kencang.
"Pantas saja nggak dengar saya panggil. Kupingnya di sumpel. Tapi, sebentar lagi kan Zuhur. Berarti dia nggak akan dengar dan nggak akan ingat waktu buat sholat. Yeah! Yang tenang, yah David."
Remaja itu amat fokus pada ponselnya. Tubuhnya mengikuti setiap hentakkan musik. Seakan tak mau kalah, Setan pun ikut bergoyang juga.
"Kalau semua bani Adam seperti ini, sukses besar nih. Dengar mus.."
"Mus.. mus.., Mus apa? Mustaqim?" tanya David.
Setan terperanjat. “Ng.. Nganu, tadinya mau tanya alamat Musashi dimana, hehe,"
David melepaskan earphone dari kedua telinganya. "Cari aja pakai internet, nanti juga ketemu,"
"Kan saya gak punya hape, apalagi itu tuh kabel,"
"Ini bukan kabel. Ini earphone." David menonaktifkan aplikasi musik di ponselnya dengan menekan tombol 'Off'.
"Kenapa berhenti mendengarkan musik?" Setan tampak kecewa.
"Kau kira aku nggak tahu bentar lagi azan. Kau pergi menjauh sana! Dari pada kebakar dengar suara azan." Ungkap David.
"Eh, tapi kan.."
"Ya kan semua ada waktunya. Ada saatnya buat bahagia, kala untuk mumet sama rutinitas, saatnya main dengerin musik, dan ketika waktunya buat ibadah alias solat. Dah sana pergi.."
Setan pun mendengus kesal😤.
37 komentar
Bener banget kak fen, kadang kita tuh gatau waktu, eh kok kita. aku aja kali yah :D
Baca cerita ini jadi instropeksi diri banget sihh. Kereen cerita fiksinya.
😅
jadi ingat kalo netizen gak bisa jawab, bakal marah marah atau malah ngeblock
tentunya gak semua netizen ^^
Lebih dari itu, saya musti memberi contoh teladan duluan sih, tentang pengelolaan waktu ini.
Menarik fiksinya jenaka. Berharap banyak pemuda seperti david ya
.
Menghibur diri dg musik boleh aja asal tidak lupa dg kewajibannya.
Mantul