Hari ini ada brand baru nih yang mengeluarkan produk kecantikan, wah bikin penasaran mau coba (mata berbinar..)
Eh, eh, brand yang ternama itu update lagi loh produk perawatan diri yang kekinian yang membuat cantik dan glowing..
Stop, jangan pakai produk itu nggak sehat loh, ada parabennya!
Mungkin kalimat di atas dan yang sejenisnya kerap kita temui nih, entah itu saat lagi hangout bersama teman, di whatsapp group, atau di media sosial. Istilahnya kalau ada produk kecantikan yang terbaru, jadi ratjun yang menggoda untuk lekas dicoba, hehe. Pasalnya saya sendiri pun pernah tergoda untuk mencoba gara-gara melihat postingan di channel Youtube. Mampir ke sana karena memang mencari pembersih wajah “yang lebih cocok biar nggak beruntusan”, karena saat itu belum mengerti bahwa bukan hanya karena skincare yang tidak cocok juga tetapi karena penggunaan masker wajah bisa menyebabkan wajah berjerawat maupun beruntusan.
Setelah melihat tutorialnya di youtube, saya langsung membeli produk tersebut, karena dari ulasan yang disampaikan oleh si beauty vlog dengan dia menyebutkan apa manfaat dan kandungan bahannya, saya merasa tertarik. Singkat kisah, produk sudah sampai di tangan, tentunya langsung saya coba dong. Sehari, dua hari dengan pemakaian sesuai yang dianjurkan tidak ada masalah. Namun setelah beberapa hari kemudiannya, lah kok muncul jerawat kecil. Padahal di saat yang bersamaan saya juga sedang menggunakan masker wajah. Ini gimana ceritanya ya, yang salah yang mana nih?
Akhirnya saya ubah cara penggunaan masker wajah dengan tepat, serta produk yang saya beli tersebut dihentikan pemakaiannya. Seminggu kemudian Alhamdulillah, wajah saya kembali normal. Dari pengalaman ini, membuat saya belajar bahwa perlunya memahami apa penyebab tidak cocoknya wajah dengan produk kecantikan yang telah kita beli, melalui rumus KPP berikut yaitu:
- Kenali jenis kulit kita apa, walaupun mungkin sama dengan jenis kulit yang mereview akan tetapi harus siap juga bahwa ada kemungkinan tidak cocok untuk kitanya.
- Perhatikan kandungan bahan dari skin care tersebut, baca lebih teliti satu per satu. Bila belum mengerti kandungan apanya yang tidak cocok di kulit wajah bisa memanfaatkan Google Search dari website yang terpercaya untuk cek satu per satu komposisi bahan, lalu teliti apakah memungkinkan dapat menyebabkan masalah di kulit kita.
- Pelajari dari pengalaman yang sebelumnya, misalnya saya nih yang ternyata dengan satu produk nggak cocok, nah bila ingin membeli produk kecantikan selanjutnya maka pelajari lagi apakah mungkin komposisinya sama, peruntukan jenis kulitnya, dan sebagainya.
Mungkinkah Komoditas Lokal Dapat Menjadi Bahan Produk Kecantikan?
Sebenarnya kita dapat mengenali dan memahami jenis kulit sendiri. Namun memang adakalanya rasa penasaran ingin coba yang ini ah, ingin coba itu ah, istilahnya biar up-to-date juga hahaha (Saya pernah begitu juga kok, wkwk). Tak dinyana malah membuat bingung sendiri juga terutama pas muncul masalah di kulit.
Kita sebisa mungkin menggunakan produk ramah lingkungan dan ramah sosial karena selain tidak terlalu berdampak buruk kepada kulit wajah, dapat pula memberdayakan agar masyarakat sejahtera, lingkungan terjaga dengan komoditas berkelanjutan. Apalagi negeri kita ini memiliki banyak komoditas lokal yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan produk perawatan kulit, seperti:
- Minyak Zaitun yang dalam 100 mililiter-nya mengandung total 884 kalori (44% AKG harian) dan 100 gram lemak total, yang dapat mencukupi 153% kebutuhan lemak harian tubuh, dan sebagian besar kandungan lemaknya itu adalah asam lemak tak jenuh tunggal (lemak baik).
- Bengkoang pemilik nama latin Pachyrrhizus erosus ini memiliki banyak kandungan gizi salah satunya adalah vitamin C 20 mg, yang pastinya bermanfaat untuk kulit tubuh kita. Sebab adanya antioksidan ini sangat membantu dalam memptoduksi kolagen. Bukan itu saja sih, dapat juga untuk mencegah kulit kering, dan menghilangkan tanda-tanda penuaan dini pada kulit.
- Lidah Buaya, pasti pada kenal juga kan sama tanaman yang terkenal untuk mengobati masalah kulit salah satunya jerawat. Saya menggunakan tanaman yang memiliki nama latin aloe vera ini, ternyata memiliki kandungan beberapa diantaranya adalah antioksidan, folat, Vitamin C, Vitamin E, dan adanya asam amino esensial.
- Madu, banyak memiliki kandungan yang kaya manfaat seperti hidrogen peroksida sebagai antibakteri dan antiseptik. Selain itu ada efek anti radang sehingga dapat mempercepat perbaikan pada lapisan kulit yang rusak.
Empat contoh komoditas lokal di atas, memang dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk produk kecantikan, misalnya produk sunscreen dan pelembab yang kerap saya gunakan mengandung aloe vera. Saya jadi dapat double manfaat karena skincare saya akan memberikan manfaat sehat untuk kulit dan bahan pembuat produk tersebut, terbuat dari bahan ramah lingkungan.
Cek-Cek di Produk Kecantikanmu, Sudah Ada Ini Belum?
Selain bahan-bahan komoditas lokal yang ramah lingkungan, pertimbangkan juga hal lainnya saat membeli produk kecantikan, misalnya udah jelas nih ada nama brand dan apa nama produknya, teliti juga melalui 6 ceklist berikut ini, karena terkait juga dengan kesehatan kulit kita, yaitu:
1. Komposisi Bahan Tertera di Kemasan Produk
Ingredients atau komposisi dari produk yang kita gunakan harus tertera pada kemasannya. Ini sangat bermanfaat bagi kita yang hendak membeli, maupun untuk mengetahui orisinalitas bahan-bahan apa yang dicampurkan pada produk tersebut. Selain melihat komposisi bahan pada kemasan, kita bisa pula searching langsung ke website brand yang mengeluarkan produk tersebut, agar semakin valid dan menenangkan untuk kita gunakan.
2. Manfaat Produk dan Cara Penggunaan
Sebelum membeli produk kecantikan biasanya kita akan membaca dulu pada bagian kemasannya, ini produk apa sih manfaatnya dan ditujukan untuk jenis kulit apa? Berikut juga dengan bagaimana cara mengaplikasikannya ke kulit. Jadi bila ternyata caranya cukup merepotkan, bisa dipertimbangkan ulang mau beli atau nggak, hehe.
3. Tanggal Kadaluarsa
Kalau tidak ada tanggal kadaluarsa rasanya serem juga ya. Pasalnya kita jadi tidak tahu kapan masa berlakunya akan habis. Maka untuk mengantisipasinya, kita dapat memilih brand perawatan kecantikan yang mencantumkan kapan waktunya produk tersebut akan habis masa penggunaannya. Tercantumnya tanggal kadaluarsa, biasanya berada di bagian bawah produk, bagian belakang, atau bagian atas.
4. Ada BPOM dan Label Halal
BPOM sebagai lembaga di Indonesia yang mengawasi peredaran makanan dan obat-obatan (termasuk produk kecantikan). Kita dapat mengecek terdaftarnya suatu produk melalui laman BPOM dan juga melihat pada bagian kemasannya. Selain itu terdapatnya label Halal pasti memberikan kenyamanan terutama bagi penggunanya.
5. Dimana Produk Diproduksi
Perlunya mengetahui dimana produk yang akan kita gunakan diproduksi. Misalnya tertera jelas nama perusahaan yang menaungi dilengkapi dengan alamatnya, sehingga produk tersebut memang benar-benar produksi asli.
6. Simbol Daur Ulang
Ceklist yang terakhir ini mungkin baru terpikirkan untuk memerhatikan pada kemasan produk yang kita gunakan apakah telah menerapkan ekonomi sirkular atau belum. Logo ini berada pada bagian belakang kemasan, jika ada maka selamat, brand dari produk yang kamu gunakan tersebut dapat diartikan sangat concern menjaga kelestarian lingkungan.
Saat ini kondisi bumi kita ini memang membuat khawatir, bagaimana kondisi sampah terutama di negeri ini masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Pengelolaan yang salah satunya dengan mendaur ulang masih belum diterapkan secara masif. Maka kita yang memiliki andil juga dalam menjaga lingkungan ini, dapat bekerjasama untuk melakukan penggunaan bahan yang ramah lingkungan dengan menerapkan ekonomi lestari.
Mengenal Ekonomi Lestari
Prinsip ekonomi lestari, dimana para masyarakat, pemerintah daerah, dan berbagai pihak lainnya saling bersinergi untuk pengelolaan bahan baku alam. Sebab boleh dikatakan memang bahan alam yang tersedia di negeri kita ini masih banyak yang belum dikelola secara turunan tinggi. Artinya bila ada yang dipasarkan, penjualannya dalam bahan baku mentah. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) yang bisa dijawab melalui kerjasama semua pihak.
Bisa kita contoh komunitas petani di Indonesia yang menerapkan prinsip ekonomi lestari atau dikenal dengan kabupaten lestari dengan komoditas lokal yang diangkat adalah madu yang kita kenal sebagai salah satu hasil hutan non kayu. Pemanfaatannya yang bisa langsung diterapkan sebagai komoditas pangan, maupun untuk merawat kecantikan sudah dikenal turun temurun. Maka tak pelak banyak juga komunitas petani yang mengelolanya, beberapa diantaranya seperti:
- Madu Hutan Leuser, yang dikelola oleh Komunitas Kempra Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tamiang.
- Madu Hutan Periau, dikelola oleh Komunitas Periau Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
- Madu Hutan Apis Dorsata, yang dikelola oleh Komunitas FORESSA, Lampung.
Selain itu, madu juga banyak dipilih untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Madu merupakan cairan kental yang rasanya manis dan sedikit asam segar berasal dari lebah. Nah madu sebagai komoditas lokal ini dapat dibudidayakan seperti yang dilakukan oleh kelompok binaan Self Help Group (SHG) yang berada di Desa Jerora Satu, Kabupaten Sintang. Budidaya tersebut adalah dengan beternak lebah madu dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Cara tersebut ternyata dapat melestarikan lingkungan karena masyarakat yang beternak lebah madu otomatis menanam bunga dan sayur-sayuran, sehingga bagian rumah pun juga menjadi apik.
Dengan menerapkan visi ekonomi lestari ini, produk yang sampai ke tangan konsumen tidak hanya membantu menjaga lingkungan saja, tetapi juga lebih kreatif karena pengemasan menggunakan bahan suistanable. Serta turut serta menyejahterakan masyarakat sekitar, melalui terbukanya lowongan pekerjaan baru. Seperti apa sih ekonomi sirkular tersebut, dapat kamu saksikan selengkapnya dalam video ini.
Ekonomi Lestari untuk Saya, Kamu juga kan?
Saya sebagai pengguna salah satu brand kosmetik lokal, terpancing untuk memeriksakan produk skincare yang saya gunakan misalnya seperti pelembab, sunscreen, dan pembersih wajah, Alhamdulillah, ceklist-nya lengkap. Bukan lagi jadi makin senang menggunakannya, karena kontribusi saya agar lingkungan terjaga juga terkait, bukan?
Keinginan untuk mencoba-coba produk terbaru tak ada masalah, yang penting pastikan memang cocok untuk kulit wajah kita, dan penggunaan produknya adalah yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Sebab tanpa kita sadari, mungkin saja kemasan produk yang kita gunakan ternyata tidak bisa di daur ulang. Bila kita abai, maka kita pun telah turut berperan dalam merusak ekosistem lingkungan. Oleh sebabnya, yuk pahami produk perawatan kecantikanmu yang mengusung ekonomi lestari.
Sumber materi:
- hello sehat
- https://kelingkumanggroup.co.id/news/keling-kumang-dampingi-petani-lebah-madu
- https://hutanitu.id/pesonahutan/komoditas-pangan/
58 komentar
Ga baca ingredients dgn teliti, ataupun ga nonton review dr Richard di YouTube :D
Padahal, pentingg banget kita paham ingredients-nya ya
Apalagi jika kosmetik dari dokter kecantikan, kita sering percaya aja
Karena akan dipakai dala jangka waktu lama, yakinkan bahwa produk yang bersangkutan tidak memeras dompet. Affordable buat kita meskipun terjadi kenaikan harga di tahun² berikutnya
selain ingin cantik, kita juga pasti bangga jika menjadi bagian yang menjaga kelestarian alam ini kan ya, toh manfaatnya akan balik ke kita juga nantinya :)
juga terbuat dari bahan bahan yg alami
padahal sangat perlu juga ya cek detail kandungan yg ada di setiap kosmetik yg kita pakai
Hehehehe... Ciri khas perempuan banget ya mbak. Beli skincare bukan karen butuh, tapi karena penasaran. Apalagi kalau brand favoritnya yang ngeluarin produk baru. Auto beli pokoknya 😂
Yang aku baru tahu ternyata harus ada logo daur ulang ya. Jadi bungkus produknya emang ramah lingkungan. Ini demi bumi yg terus lestari.
Tapi suka serem lihat muka entah di kasih apa sampai merah kayak kebakar, malah terlihat aneh n nggak natural
Bener mbak, sebelum make alangkah di cek dulu segi keamanannya
Dan yang paling terlupakan tuh malah masa expired ya :)
Paling rumit nih soal bahan-bahan sih buatku. Hehe kebiasaan selalu pengen langsung pake.
padahal zaman dulu, nenek moyang kita juga ngga butuh aneka ingredients untuk mempercantik wajah mereka :D
klo yang biasa aku gunakan ya madu dan lidah buaya
Aku sendiri masih di fase mencari...
Bagus kalo produk yg kita pakai ramah lingkungan dan bahkan bisa memberdayakan masyarakat lokal juga.