Cerita Fiksi
Menelisik ke dalam rumahnya di waktu cahaya bulan telah tampak bersinar, Reno hendak menikmati makan malamnya. Sayang, remaja yang duduk di bangku SMP itu baru menyadari bahwa persediaan mi instan di rumahnya telah habis. Ia memegang perutnya menahan lapar. "Aduh, padahal tadi pagi udah jajan. Kenapa lupa beli coba?"
Usai minum air putih sebanyak dua gelas, remaja berkulit kuning langsat, beralis tebal dan tinggi tubuhnya 157 senti itu melangkahkan kaki ke kedai milik Pak Sohib untuk berbelanja. Tempatnya tidak jauh. Hanya berjarak lima rumah dari kediamannya, Reno telah sampai di lokasi yang di bagian depannya terpampang nama, 'Kedai Pak Sohib'
Meski bernama "Kedai", jenis makanan yang dijajakan terdiri atas makanan matang dan mentah. Untuk yang matang, bisa dinikmati di tempat karena disediakan tempat khusus layaknya kafe, tapi itu dulu sebelum masa pandemi merebak. Sedangkan untuk makanan mentah, maka haruslah dimasak lebih dulu.
"Assalam, Pak Sohib. Saya belanja, dong!" Sapa Reno dengan gaya khasnya kepada pria berkepala plontos itu.
"Waalaikumussalam. Belanja matang atau mentah?"
"Mentah."
"Apa saja?"
"Mi instan tiga bungkus, yang rasa soto. Telur sekilo. Susu rasa vanila, satu kaleng. Selesai."
"Bayar tunai atau seperti biasa pakai kartu?" tanya Pak Sohib seraya menerima kantung goodie bag dari Reno.
Reno memajukan bibirnya. "Saldo KPC (Kartu Pintar Cerdas) saya sudah habis, Pak. Nunggu tanggalnya bulan depan, jadi bayar tunai saja,"
Pak Sohib menggeleng menerima uang dari Reno. "Uang kamu 50.000, total belanja kamu sebesar 40.000." Ia segera memasukkan barang yang telah dibeli Reno ke dalam kantung goodie bag. Lalu memberikan barang disertai uang kembalian.
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama,"
Reno menerima tiga lembar pecahan lima ribuan. "Pak Sohib, uangnya kelebihan nih." Reno menghitung uang yang diterimanya, lalu mengembalikan kelebihan uang kepada Pak Sohib. "Oh iya, tadi pagi saya belanja, Pak Sohib ngasih uang kembalian kelebihan juga. Kenapa sih Pak Sohib kelebihan terus ngembaliinnya?"
Tak dinyana sesuatu datang ke tempat itu. Wujudnya gaib. Kasat mata, tetapi dapat dirasakan kehadirannya bagi yang peka. Tujuannya hanya satu menjerumuskan keturunan bani Adam. Ia menyimak setiap perkataan kedua manusia itu. Ia yang kerap disapa Setan, menunggu momentum adanya silang pendapat hingga perkelahian terjadi.
[Baca Juga: Menasihati Seorang Pemuda]
"Loh ternyata kamu tahu yah?" selidik Pak Sohib.
"Tahu dong, Pak."
"Kenapa nggak dikembalikan ke saya?!" tanya Pak Sohib dengan nada tegas.
"Nah, kayaknya benar akan bertengkar. Ayolah, marah-marah. Ini momen yang saya tunggu." Setan menghembuskan hawa panas ke arah dua orang itu.
"Karena saya baru ingatnya sepulang sekolah tadi." Jelas Reno dengan nada lembut. "Kalau Pak Sohib, kenapa berlebih ngasih uang kembaliannya?"
[Baca Juga: Cerita Belum Kelar Pada Bulan Januari]
Pak Sohib tersenyum. "Saya ingin infak, bingung mau ke siapa lagi. Semua orang di sini? Udah. Eh, pas ada kamu, yang seorang anak yatim piatu. Ya saya hadiahkan saja uang kembalian itu kepadamu. Jadi tidak masalah, kan?"
"Lah, nggak ada pertengkaran nih?" Setan tampak linglung.
"Oh begitu. Tapi kan, Pak.. "
"Nah..nah mulai nih.., Hayoo dede Reno kamu harus marah sama si tua itu, enak saja mau menerima sedekah. Kamu kan masih muda," Setan memanas-manasi.
"Tapi apa, Reno??" Pak Sohib tampak cemas.
"Ancam saja Pak Sohib, enak saja anak muda ini mau sok, nggak ingin terima infak. Padahal kan dia orang susah, anak yatim piatu pula,"
"Pak Sohib, ridho?" tanya Reno.
"Ridho dan ikhlas lahir batin." Pak Sohib mengembangkan senyum hingga terlihat lesung di pipinya.
[Baca Juga: Senin di Bulan Agustus]
"Alhamdulillah, Sip, Pak. Terima kasih. Semoga berkah untuk saya dan kedai Pak Sohib semakin laris manis."
"Aamiin."
"Ah, sial. Aku di PHP-in dua orang ini. Kupikir bakalan adu jotos." Gerutu Setan 😈. Ia pergi mencari kesempatan lain.
"Saya pamit, Pak. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, Reno."
33 komentar
Btw, mba Fenni ga daftar app menulis cerpen kayak KBM App gitu?
Mayan kan, cerpen ini bisa di-upload di sana
Dan bahagianya Reno karena selalu berlaku jujur
Nah, ini udah cukup bagus lho..aku jadi kangen nulis cerpen lagi
Banyak cara beramal ya, salah satunya dengan melebihi jumlah uang kembalian.
Alur lain, pas mau keluar rumah dan ke kedai, kok di depan pintu Reno ada bingkisan sembako. Nah, Reno pun mencair tahu siapa yang memberikan bingkisan sembako itu.
Ditunggu cerita-cerita lainnya, Mbak Fenni.
Ealah rupanya setan yang kena prank 🤣🤣
setannya gagal ya,
Semua bisa berjalan baik asal dikomunikasikan ya mbak
Intinya dimanapun kita harus waspada dan selalu mohon perlindungan dr Allah ya Mbak biar setan ngaciir
tp memang cara kerja setan kurang lebih begitu ya, nyari celah untuk mengadu domba manusia :D
Setan selalu mengintai dan bersiap menggoda setiap saat. Maka kita harus selalu istigfar.
Pesan dalam.cerpen ini nyampai.
Lanjut lagi cerpennya Mbak, sy suka baca yg begituan dan beginian, bisa dpt manfaat setelah membacanya.
Ehehhee
Wuss setannya pulang dengan kesedihan deh, karena gagal menggoda. hehe.