Lima Tips Perempuan Mampu Menghadapi Dunia Digital (Lifestyle) – Siapa yang tidak mengenal Youtube, Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Line? Atau nama-nama seperti Atta Halilintar, Awkarin, Suhay Salim yang banyak dikenal orang bahkan di segala usia. Platform media sosial dapat dijadikan sebagai media untuk berbagi informasi bahkan sebagai ladang meraih pundi-pundi. Oleh karenanya seseorang dapat terkenal dan dikenal melalui media sosial.
Padahal awal kemunculannya media sosial tidak se-dahsyat seperti saat ini. Contohnya seperti melihat video musik terbaru dan live streaming pertandingan olahraga di Youtube. Hal tersebut dikarenakan pengguna internet dapat dihitung dengan jari, karena hanya yang menggunakan koneksi wifi saja. Sekarang di Youtube tidak hanya itu saja, kita pun dapat menyaksikan seseorang yang mereview makanan, kosmetik, perjalanan, dan lain-lain. Ini dikarenakan beberapa tahun terakhir hadirnya smartphone mumpuni didukung provider yang jaringan internetnya merambah tidak hanya diperkotaan tapi hingga ke daerah.
ilustrasi by pixabay |
Siapapun bisa membuat akun media sosial. Bahkan anak-anak yang masih di bawah umur pun memiliki akun media sosial. Padahal tiap-tiap platform telah memberikan batas minimal usia seseorang yang dapat membuat akun tersebut, yaitu minimal 13 tahun. Oleh karena itu, perlunya kerjasama orangtua dalam hal ini adalah ayah dan ibu yang dapat mengawasi perilaku anak-anaknya dalam bermedia sosial. Bila si ayah disibukkan dengan pekerjaannya di kantor dari pagi hingga malam, maka bila si ibu adalah ibu rumah tangga, bisa memanfaatkan pada waktu tersebut untuk mengawasi anak-anaknya, sebab ibu merupakan perempuan tangguh yang harus melek teknologi digital.
Baca Juga: Cara Jitu Berantas Perkawinan Anak
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Trisna Willy selaku Arahan Penasihat Dharma Wanita dalam acara “Seminar Sehari, Pengarusutamaan Gender – Perempuan dan Media Sosial: Peran Perempuan Menghadapi Pengaruh Media Sosial dalam Menjaga Ketahanan Keluarga”, Kamis 17 Oktober 2019 bahwa, kegiatan (acara ini) sangat berarti dan berguna.
“Medsos itu seperti pisau (senjata) bisa menjadi baik atau buruk tergantung bagaimana kita melakukannya. Tema ini sangat menarik karena begitu banyaknya peristiwa yang merapuhkan hubungan akibat derasnya pengaruh informasi dan komunikasi (medsos),” terang Ibu Trisna Willy.
Pengaruh media sosial akan memberikan dampak yang negatif pada anak-anak bila penggunaannya tidak diimbangi dengan kegiatan lain yaitu tanpa menggunakan gadget (gawai), serta tanpa bimbingan dari orangtuanya.
Disampaikan pula oleh Ibu Trisna Willy, bahwa berdasarkan riset anak-anak yang dijauhkan dari perangkat digital selama seminggu lebih peka terhadap komunikasi non verbal pada orang lain daripada anak-anak yang asyik bermain gawai. Anak-anak yang aktif medsos dan aktif dengan perangkat digital rentan menderita depresi dan rendah diri serta narsistik.
[Baca Juga]:
Para narasumber di acara “Seminar Sehari, Pengarusutamaan Gender” |
Dari paparan yang disampaikan oleh para narasumber di acara “Seminar Sehari, Pengarusutamaan Gender” ini, dapat disimpulkan bahwa kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan keluarga sama-sama memiliki peranan penting. Kerjasama yang baik perlu dilakukan. Atas dasar itulah saya merangkum menjadi 5 tips perempuan agar mampu menghadapi dunia digital (media sosial), sebagai berikut:
- Perempuan sebagai isteri dan juga sebagai ibu dari anak-anaknya hendaknya tidak terlena menggunakan media sosial sehingga tidak sampai melalaikan tugasnya.
- Kemampuan untuk mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media sosial juga perlu dilakukan karena pengawasan konten media sosial belum ada.
- Tanamkan dan pertebal keluarga dengan Iman dan Taqwa agar dapat membentengi diri dengan senantiasa menahan diri sehingga bijak dalam melakukan apapun, sebagaimana yang terdapat dalam surat Yaasiin ayat 65, yang terjemahannya adalah: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan member kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.
- Buat hari-hari yang berkesan (we time) bersama keluarga, misalnya makan bersama, masak bersama, travelling, dan lain-lain untuk terciptanya komunikasi dan semakin merekatkan hubungan antar anggota keluarga.
- Perempuan tidak hanya sebagai orangtua yang bersikap tegas, tapi dapat juga menjadi sahabat agar mudah untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan dirasakan oleh anak-anaknya.
ilustrasi by pixabay |
Melalui rangkaian kegiatan “Seminar Sehari, Pengarusutamaan Gender” ini, saya jadi mendapat masukan yang bermakna dan pastinya bekal keilmuan, yaitu kesiapan menjadi orangtua saat nanti berganti status. Boleh dikatakan memang tidak semudah menerapkannya seperti menuliskan ulasan ini dalam bentuk artikel. Namun semua dapat dilakukan dengan kerjasama yang baik karena ketahanan keluarga itu penting, dan mengingat bahwa keluarga, yaitu anak, suami/isteri merupakan amanah dari ﷲ yang harus dijaga dengan baik.
23 komentar
bisa konstruktif dan destruktif bersamaan.
menyebar hoax maupun memberikan support.
Dan aku juga kasihan kalau liat anak sekarang diekploitasi sama ortunya, posting photo anak ke medsos, kasihan. Terkecuali untuk berbagi ilmu semisal sharing patenting itu lain lagi. Ada yang hampir setiap hari tiga kali upload photo anak. miris yah.
Emang bener harus banyak2 doa dan banyak ibadah, mempertebal keimanan agar diri bisa membentengi medsos yang lebih berguna bukan sekedar mau eksis semata tapi lupa kewajiban dan tanggung jawab.
Iman dan taqwa tetap jadi landasan utama kita ya dalam membina keluarga
Cuma harus diseimbangkan juga dengan aktivitas di dunia nyata nya, jangan hanya fokus di dunia digital saja. Peranan orang tua juga penting untuk selalu mengawasi anak.
Aku kalo lagi ngumpul sama temen selalu kumpulin hp biar gak ada yg fokus sama gadget dan pertemuan lebih enak, ngobrol lebih nyambung dan lebih dapet feelnya
BTW TFS buat sharingnya ya mbak