Momen Terbaik Ramadhan Ini
Mungkin kurang dirasa baik oleh remaja bernama SOBAT. Seharian
dia mendekam di dalam kamarnya tanpa berani untuk memunculkan diri ke luar
rumahnya. Terpekur seorang diri, tanpa menatap layar ponsel dengan tidak
mengindahkan banyak pemberitahuan yang satu per satu datang. Padahal pemuda bernama
KAWAN yang menjadi teman barunya kala bertemu di stasiun kereta itu, telah
menunggunya sejak bakda Zuhur untuk belajar mengkaji ilmu. Untung saja KAWAN
berprasangka baik kepadanya.
“Mungkin anak itu sedang menyibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat,” pikir KAWAN.“Hai, Kak. Saya nggak seperti yang kau pikirkan itu,” SOBAT muncul tiba-tiba menghampiri pemuda yang berstatus mahasiswa itu.“Mengapa dia seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan?” gumam KAWAN. “Maksud kamu apa, SOBAT?” tanyanya.
ilustrasi gambar dari Pixabay |
“Saya nggak punya Momen Terbaik Ramadhan Ini,”“Kamu yakin dengan kalimat yang telah diucapkan itu?”SOBAT menganggukkan kepala.“Pantas kamu nggak muncul di waktu Subuh tadi. Padahal saat itu saf solat penuh, dan ada kameramen yang mengabadikan gambar. Aku saja sampai berada di dua nomor paling belakang,” KAWAN tertawa senang.“Sampai ada fotografer di sana?”“Iya, dan aku sempat meminta fotonya, sebentar aku lihat di hape ya,” KAWAN merogoh saku celananya. Ia raih ponsel itu lalu dengan cepatnya menyala dan menyentuh layar ponselnya dengan cepat menuju ke aplikasi foto galeri. “Nih kamu lihat … kan kamunya nggak ada,”SOBAT memerhatikan jemari lincah KAWAN yang sibuk memperbesar gambar tersebut hingga jelaslah sesuatu di sana.“Loh kok di saf pertama ternyata kamu ada?”
ilustrasi gambar dari Pixabay |
[Baca Juga]SOBAT menganggukkan kepala.“Berarti kan kamu lebih hebat dari saya karena bisa mencapai saf pertama solat. Mengapa kamu bilang nggak punya momen terbaik Ramadhan ini?”“Mungkin kakak mengartikan bahwa momen terbaik bulan puasa ini buat saya adalah bisa mendapat saf pertama solat, itu karena terlihat secara lahirnya saja. Padahal kakak tidak tahu bahwa dalam pikiran saya saat itu tergoda oleh bujukan syaitan, berada di saf pertama demi dapat di foto, bukan berharap rahmat ﷲ …”
Pemuda yang berstatus mahasiswa itu terperangah mendengar penuturan jujur dari remaja yang lebih muda 5 tahun dari usianya itu. “Entah apa yang kurasakan saat solat Subuh tadi, mungkin seperti yang dipikirkan olehnya juga,” gumam dalam hati KAWAN.“… Maka yang bisa merasakan momen terbaik Ramadhan ini adalah jiwa kita sendiri, jangan dilihat dari luar saja.”“Ya, aku setuju itu.”
**END**
14 komentar
Semoga Allah perkenankan kita bertemu dengan Ramadan tahun depan...aamiin~