Fenni Bungsu (Story-Fiksi)
Malam ini, SOBAT telah mengemas
pakaiannya ke dalam ransel berukuran cukup besar dari tubuhnya. Remaja yang
masih duduk di bangku SMP ini hendak melakukan perjalanan. Tujuannya hanya satu
agar memiliki Cerita Mudik yang bisa
dibagikan kepada teman-temannya. Sebab seumur hidupnya ia tak pernah mudik,
karena memang tidak memiliki kampung halaman.
Di tempat yang berbeda, pemuda yang berstatus mahasiswa yang
bernama KAWAN, pun memiliki niat yang sama hendak melakukan perjalanan. Perlegkapan
yang dibawanya tidak terlalu banyak. Hanya beberapasaja yang dianggapnya
penting, seperti dompet yang berisi beragam kartu, ransel berisi pakaian, dan
botol minum. Namun, bukan karena agar memiliki Cerita Mudik, melainkan perjalanan yang dilakukannya sekaligus
dalam rangka tugas di kampusnya.
***
(Di sebuah stasiun)
SOBAT tiba di stasiun kereta dengan celingak-celinguk
tak menentu. “Bila aku bertanya, tapi petugas tampak sibuk semua. Tapi, aku
bertanya pada dia saja,” gumamnya lagi. Ia melangkah mendekati seseorang yang
sedang duduk di kursi tunggu kedatangan.
“Maaf, kalau mau naik kereta harus
dari peron mana ya?” tanya SOBAT pada seorang pemuda.
Pemuda itu tampak santai melihatnya,
“Sebenarnya tergantung tujuan kamu mau kemana.”
“Oh gitu. Kalau kakak sendiri mau
kemana?”
“Saya ada tugas kuliah. Memang kamu
mau kemana?”
“Kalau saya biar ada Cerita Mudik,” ungkap SOBAT sambil
menggarukkan kepalanya yang sedikit gatal.
ilustrasi stasiun kereta - sumber gambar Pixabay |
“Maksudnya dengan ada Cerita Mudik? Kamu sedang membuat tugas
juga?” tanya pemuda itu yang ternyata bernama KAWAN.
SOBAT menggeleng, “Nggak”
“Hmm, ingin benar-benar merasakan
mudik ke kampung halaman?”
Remaja itu kembali geleng kepala,
“Bukan. Kampung halaman saya di sini,”
“Lantas karena apa?”
“Cerita
Mudik selalu diungkapkan oleh orang-orang. Banyak kisah dan pengalaman di
sana. Padahal saya sendiri nggak pernah tahu mudik itu seperti apa dan kayak
apa rasanya. Makanya saya datang ke stasiun kereta biar tahu kayak apa
suasananya,” terang SOBAT sambil menyeringai.
Ilustrasi mudik - sumber gambar Adobe Stock |
KAWAN tertawa mendengarnya, “Jadi
kamu datang ke stasiun bukan karena mau naik kereta untuk tujuan ke kota mana?”
“Kan waktu di pertanyaan awal saya
tadi cuma tanya, ‘kalau mau naik kereta
dari peron mana’, bukan bertanya,
‘kalau mau ke kota A naik kereta nya dari peron mana’, hahaha,”
“Ya.. ya.., sepertinya saya kurang
fokus mendengar kalimat kamu tadi,”
“Bukan kurang fokus, Kak. Tapi tidak
mencerna, haha. Saya jadi punya Cerita
Mudik jadinya buat dibagikan ke teman sekolah, sampai jumpa kak,” SOBAT
bangkit dari duduknya, lalu meninggalkan pemuda itu sendirian.
“Baiklah, begitupun saya dengan
pembukaan Cerita Mudik yang absurd. Sampai jumpa lagi.”
***
13 komentar
Ini berlanjut kan ya...?
Ditunggu:)