Strategi Jitu Mengurangi Konsumsi Rokok (Kesehatan) – Hai, semua jumpa kembali bersama saya yang akan membahas mengenai kesehatan. Bidang ini tidak akan pernah habis dikupas dikarenakan begitu banyak hal kompleks yang kerap kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja dari satu batang rokok dapat memberikan efek tidak baik bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga orang lain.
Dari asap yang dikepulkan di udara, aromanya yang kurang sedap dirasa, dan penyakit yang ditimbulkan pun datang. Oleh karena itu, bahasan mengenai rokok ini menjadi hal yang penting untuk disimak demi keberlangsungan generasi yang akan datang.
Mengapa sepertinya sangat serius ya kalau sudah membicarakan masalah rokok? Padahal rokok kan benda yang mudah ditemukan, gampang dibeli seperti halnya barang lain kok, serta si perokok nya yang sudah kebal dengan segala macam keluhan/kritikan yang diutarakan banyak orang tidak merasa rugi karena nggak sampai menderita suatu penyakit sebagaimana yang sering disampaikan.
Fenomena gunung es, itulah yang dapat saya sampaikan mengenai rokok ini. Terlihat sepele dari luar, karena masih melihat anggapan dampaknya hanya pada perokok aktif dan perokok aktif. Padahal justru ada yang tidak terlihat itu dapat saya katakan seperti Rusak Otak dan Kreatifitas, Organ tubuh lainnya serta Kantong Anda.
Image by KBR |
Oleh karena itu bahasan mengenai rokok menjadi topik hangat pada suatu kesempatan talkshow interaktif melalui radio Power FM 89.2 KBR (Kantor Berita Radio) yang membahas tentang Bagaimana Strategi Capres Atasi Kerugian Kesehatan Akibat Rokok, dengan dipandu oleh Don Bradi dan pemaparan oleh perwakilan dari BPN (Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi) yaitu Dr Harun Albar SPH MKes, dari TKN (Tim Kampanye Nasional) Prof Dr Hasbullah Tabrani. Serta Dr Abdillah Hasan Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI yang penyampaian materinya telah direkam.
"Di Indonesia paling banyak yang merokok. Dalam konferensi di Bangkok dari World Bank bahwa 60% keluarga miskin yang memiliki pengeluaran untuk rokok terdapat 6 dari 10 rumah tangga miskin. Sedangkan negara lain yang levelnya sama dengan Indonesia terdapat 10 hingga 20% yaitu 2 dari 10 rumah tangga miskin," terang Dr Abdillah Hasan.
Disampaikan pula oleh Dr Abdillah Hasan bahwa di Indonesia semua penyakit sedang tinggi, baik yang menular maupun tidak menular. Hal ini dikarenakan gaya hidup yang buruk seperti mengonsumsi rokok, mengonsumsi gula berlebihan, stres, pola makan tidak teratur, dan aktivitas fisik.
Selain itu narasumber dari perwakilan masing-masing pasangan calon presiden, turut bersuara mengenai bagaimana penanganan untuk mengatasi rokok.
“Menaikkan harga rokok adalah salah satu faktor penting, selain itu dapat pula mengubah secara perlahan dengan tetap edukasi publik dan mendidik agar mengurangi rokok tidak hanya kepada masyarakat saja, melainkan juga para pejabat. Mungkin sangat lama seperti negara lain yang baru berubah sekitar 30-40 tahun," jelas Prof Dr Hasbullah Tabrani.
Beliau pun menambahkan bahwa perihal rokok ini targetnya tidak disampaikan secara tertulis tapi tetap berupaya agar seluruh kota dan kabupaten memiliki KTR (Kawasan tanpa Rokok) dimana saat ini baru 80% serta berkomitmen untuk mengendalikan penyakit menular dan tidak menular dan berkomiten mengendalikan konsumsi tembakau.
[Baca juga: Stop Rokok, Sayangi Kekasih Anda!]
[Baca juga: Stop Rokok, Sayangi Kekasih Anda!]
Pemaparan dari BPN pun yang diwakili oleh Dr Harun Albar SPH Mkes, sedikit berbeda bahwa berapapun harga rokok pasti akan dikejar karena efek kecanduan, maka perlu pula dengan pendekatan holistik.
“Tetap juga mengedukasi dengan melibatkan emak-emak agar anak-anaknya dapat mengurangi bahkan tidak merokok. Serta meski perihal rokok ini memang tak dijelaskan secara gamblang tapi dibahas secara makro, misalnya dengan melakukan gerakan bahagia tanpa nikotin karena yang terpenting adalah kesehatan masyarakat," ungkapnya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan rokok ini sangat pelik tapi memang diperlukan ketegasan dan kesadaran dari semua pihak dengan cara bekerjasama, yaitu pemerintah membuat regulasi yang tegas baik untuk si perokok maupun produsen, serta siapapun yang merokok entah itu masyarakat maupun pejabat dapat memikirkan dengan bertanya pada dirinya sendiri,
Sebenarnya apa sih manfaat rokok ini buat diri saya? Apakah hanya halusinasi saja bahwa segala problema akan hilang atau mendapatkan ide cemerlang? Atau inikah suatu pemborosan yang seharusnya uangnya dapat disedekahkan kepada mereka yang tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya bahkan dapat membantu negara lain yang sedang terlibat konflik perang, justru malah dengan mudah dibakar begitu saja meninggalkan asap, debu, dan penyakit?
Dengan memiliki pemikiran itu, bukan hal yang mustahil kebiasaan merokok menjadi hilang diganti dengan kebiasaan baik yaitu bersedekah. Semoga informasi ini dapat memberikan pencerahan untuk kita. Terima kasih.
16 komentar
Dan Bapak saya itu salah satu perokok juga. Bahkan sering berujar, mending tidak makan, daripada tidak merokok hahaha.
Bawaannya udah kesel duluan deh
Apalagi kalau ngeliat orang ngerokok di samping anak kecil
Pengen nampol rasanya
Semoga banyak perokok yang tercerahkan dengan artikel ini ya
Tapi bener juga, meski mahal kalau sudah nyandu ya ditebak saja. Kaya narkoba semahal apapun tetap aja laku hahaha
Masih banyak yang "mendewakan" Rokok, karena Rokok ini juga mengandung zat adiktif ya. Harapannya untuk Para Perokok, supaya lebih bijak saat merokok. Setidaknya lebih peduli akan sekitar, lihat2 dulu kalau merokok apakah ada orang lain yang bisa ikut menghisap asap rokoknya? terutama Anak kecil, Bumil, Lansia, dll.